Kerusuhan di Manokwari, Papua. (STR / AFP)
LENSAPANDAWA.COM – Kerusuhan yang terjadi pada hari ini, Senin (19/8), di berbagai lokasi terkait pengepungan asrama mahasiswa Papua di Surabaya kemarin terpantau bisa sampai pemblokiran di jalan. Pengemudi yang kebetulan berdekatan dengan situasi itu direkomendasikan tidak panik dan memilih bijaksana untuk mementingkan keselamatan diri dan penumpang.
Jusri Pulubuhu, Training Director Jakarta Defensive Driving Consulting, menjelaskan, hal pertama yang harus dilakukan bila pengemudi tiba-tiba menemui pemblokiran jalan yang berpotensi membahayakan, yaitu jangan panik.
Panik dikatakan bisa membuat kacau kalkulasi pengambilan keputusan sopir menghadapi situasi seperti itu.
“Kalau panik logika kita enggak main, persepsi kita enggak main. Adrenalin naik, itu bisa bikin melakukan sesuatu yang masuk kategori panik begitu, gas, lari, kalau dia misalnya menabrak orang terus terjebak, malah makin parah buat dia,” ucap Jusri via telepon.
Dikatakan Jusri sopir lebih baik menghindari kerumunan. Tanpa panik sopir bisa menghitung peluang aman untuk mundur atau putar balik sambil menghindari situasi panas.
“Kalau kita mempunyai peluang, segera mundur atau balik arah. Jangan mencoba berdebat atau melawan, atau menjadi pahlawan karena situasinya sangat kritis,” jelas Jusri.
Menurut Jusri, dalam situasi terjebak barikade buatan atau kerumunan orang yang mungkin rusuh dan tidak bisa mundur atau putar balik, sebaiknya sopir mengarahkan kendaraan ke area atau kumpulan kelompok tertentu yang bisa jadi pelindung.
Soal ini dia menyebut misalnya kantor polisi atau sekumpulan polisi serta tempat ibadah misalnya gereja atau masjid. Jusri bilang lokasi itu cenderung netral dan biasanya orang-orang punya rasa hormat memasuki area itu.
Berbeda dari situasi menghadapi bencana seperti gempa di mana sopir dan penumpang disarankan tetap di kabin sambil mencari aman, dalam keadaan seperti itu Jusri merekomendasikan agar keluar dari mobil.
“Kalau bisa lari keluar mobil, ini situasinya berbeda dari gempa. Tinggalkan mobil. Segera lari tinggalkan, yang penting jangan panik. Susun mitigasi, walaupun tidak ada rencana tertulis, tapi di kepala kita tahu, sampaikan ke keluarga tidak membawa barang-barang menarik. Jauh lebih bijak kita mementingkan nyawa daripada mobil kita,” ucap Jusri.
Rencana Perjalanan
Jusri yang mengatakan sering memberikan materi presentasi cara aman mengemudi menghadapi bahaya seperti ini, misalnya untuk sopir perusahaan, sopir kedutaan, atau sopir bank, menjelaskan, tindakan preventif seperti mengetahui rute dan alternatifnya wajib dipelajari sebelum mulai berkendara.
“Dalam program itu saya jelaskan bagaimana intinya waktu pengemudi diserang atau sampai di pepet atau dipasang barikade, bisa pagar bisa mobil, bagaimana menyikapinya. Kan kuncinya bagaimana mengurangi risiko buat pengemudi dan penumpang. Pengemudi itu harusnya memiliki manajemen perjalanan,” katanya.
Selain punya manajemen perjalanan sopir juga disebut seharusnya peka terhadap situasi terkini di sekitar. Misalnya mencari informasi lewat pemberitaan atau media sosial.
“Itu sebenarnya bisa jadi tindakan preventif. Sesuaikan kalau perjalanan itu bisa ditunda, ya ditunda. Kalau tidak ya rencanakan perjalanan itu dengan rute-rute alternatif yang mungkin lebih jauh,” ujar dia.
Demikian berita ini dikutip dari CNNINDONESIA.COM untuk dapat kami sampaikan kepada pembaca sekalian.