Ilustrasi Babi Hutan. (Istockphoto/Mauribo)
LENSAPANDAWA.COM – Kelompok babi hutan dari Sumatera dikabarkan bermigrasi ke wilayah Malaka, Malaysia. Hewan liar tersebut disebut berenang mengarungi Selat Malaka yang lebarnya bisa mencapai 65 km hingga 250 km.
Dilansir dari media lokal Malaysia The Star, Kamis (5/9), warga di Pulau Besar melihat babi hutan berkeliaran di daerah pesisir pada malam hari. The Star juga melaporkan adanya kerusakan yang disebabkan oleh migrasi babi hutan tersebut.
Berikut empat fakta yang perlu diketahui tentang babi hutan yang migrasi dari Indonesia ke Malaysia.
Kemampuan Berenang
Babi hutan dikenal dengan kemampuan berenang yang lihai serta lari cepat, yaitu hingga 50 km per jam. Beratnya bisa mencapai 100 kg lebih dan mampu bertahan hidup hingga 20 tahun. Dalam setahun, hewan dengan nama ilmiah Sus Scrof ini dapat bereproduksi sebanyak dua kali dengan masing-masing melahirkan sebanyak 6 babi.
Bahkan, hewan nokturnal ini mampu memanjat dinding yang tingginya mencapai 2 meter. Untuk mencari makanan dan mendeteksi musuh, babi hutan memanfaatkan kemampuan indera penciumannya yang sangat tajam.
Merupakan Hewan Penjelajah
Babi hutan tidak memiliki habitat atau tempat tinggal yang pasti. Dikutip dari ScienceNews for Students, babi hutan menyesuaikan dengan ketersediaan sumber makanan mereka. Umumnya mereka tinggal di hutan lebat yang memiliki keanekaragaman pangan. Jadi, babi hutan akan berpindah-pindah untuk mencari makanannya.”Ketersediaan makanan adalah faktor penentu yang mempengaruhi peningkatan populasi dan ketersediaan setidaknya satu makanan berenergi tinggi tampaknya penting untuk pengembangan babi liar,” tulis dalam Journal of Veterinary Science & Technology.
Dianggap Hama
Kehadiran pemukiman warga atau ladang yang berbatasan dengan hutan biasanya mudah didatangi oleh kelompok babi hutan. Tempat-tempat tersebut sudah pasti memiliki sumber pangan yang banyak sehingga dapat mengundang hewan omnivora ini dan merusak pemukiman warga.
Jumlah Terus Meningkat
Populasi babi hutan di berbagai belahan dunia sangatlah banyak. Tidak ada angka yang memprediksikan jumlah keseluruhannya. Babi hutan dinilai terus meningkat setiap tahunnya. Menurut International Union for Conservation of Nature and Natural (IUCN), babi hutan termasuk dalam daftar hewan least concern atau paling tidak diperhatikan.
Demikian berita ini dikutip dari CNNINDONESIA.COM untuk dapat kami sampaikan kepada pembaca sekalian.