Pendaratan manusia di Mars. (Screenshot via NASA)
LENSAPANDAWA.COM – William Romoser, Ahli Entomologi dari Universitas Ohio, Amerika Serikat (AS) mengklaim telah melihat bukti makhluk mirip serangga yang hidup di permukaan Mars. Hal itu ditunjukkan melalui sejumlah foto buram yang diperolehnya dari penemu Mars.
Penelitian yang belum ditinjau oleh rekan sejawatnya itu dipresentasikan dalam pertemuan tahunan Entomological Society of America di St. Louis beberapa hari lalu.
“Ada dan masih ada kehidupan di Mars,” kata Romoser dalam presentasinya seperti dikutip dari Sciencealert.
Dalam presentasinya, dia menduga ada struktur yang terlihat seperti serangga yang memfosil dan hidup di antara bebatuan. Dia bahkan mengaku melihat beberapa benda seperti ular.
Menurut dia, ada keragaman yang nyata pada serangga Mars layaknya serangga Terran dengan kehadiran sayap, pola terbang yang gesit, serta beberapa elemen kaki yang terstruktur.
Kendati demikian, tidak semua orang di komunitas ilmiah sependapat dengan klaim Romoser. Kepada Space.com, Profesor Biologi di Oregon State University David Maddison mengungkapkan bahwa Romoser bisa saja keliru, dan mengalami fenomena pareidolia.
Pareidolia merupakan istilah ilmiah terhadap fenomena ketika melihat hal-hal yang sebenarnya tidak ada. Contoh terkenal yang pernah terjadi adalah pada 1976, ketika sebuah kamera menangkap gambar yang dianggap wajah manusia selebar 2 Kilometer (Km) dan menatap ke angkasa. Foto resolusi tinggi itu membuktikan tidak ada wajah seperti itu.
“Saya secara pribadi memiliki pareidolia dengan serangga, khususnya kumbang. Saya sudah bekerja selama beberapa dekade dan mengumpulkan ribuan kumbang di seluruh dunia,” kata Maddison.
Setelah menimbulkan perdebatan besar, pengumuman penelitian itupun menghilang dari situs Universitas Ohio. Rilis diganti dengan pesan bertulisakan “Dihapus atas permintaan pengirim”.
Meski demikian, salinan penelitian Romoser beserta gambar masih tersedia melalui ResearchGate, salinan rilispun tetap berada di tempat lain di situs resmi.
“Anggota fakultas tidak lagi ingin terlibat dengan media mengenai penelitian ini, jadi kami memilih untuk menghapus cerita dari situs web kami dan EurekAlert,” kata juru bicara Universitas Ohio Jim Sabin kepada Futurism.
Dalam kesempatan berbeda, Badan Penerbangan dan Antariksa Nasional (NASA) membantah kemungkinan ada serangga di Mars. Menurut NASA, pihaknya tidak memiliki data ilmiah yang mendukung klaim tersebut.
“Kami tidak memiliki data ilmiah yang bisa mendukung klaim ini. Tidak ada cukup oksigen untuk menopang metabolisme metazoa di Mars. Di Bumi, hewan, terutama yang kompleks seperti ini, membutuhkan banyak oksigen. Hanya ada jejak di atmosfer Mars,” kata NASA dalam sebuah pernyataan kepada CNET.
Namun, NASA memastikan tidak berhenti mencari bentuk kehidupan di wilayah antariksa.
“Meskipun kami belum menemukan tanda-tanda kehidupan di luar bumi, NASA sedang mengeksplorasi tata surya dan di luar untuk membantu kami menjawab pertanyaan mendasar, termasuk apakah kita sendirian di alam semesta,” kata juru bicara NASA.
Tahun depan, NASA akan meluncurkan penjelajah Mars 2020 ke Planet Merah untuk pendaratan Februari 2021. Bagian dari misinya adalah untuk mencari tanda-tanda kehidupan mikroba masa lalu.
“Mungkin saat itu, kita akan menemukan apakah planet yang jauh dirayapi dengan serangga atau tidak,” ungkapnya.
Demikian berita ini dikutip dari CNNINDONESIA.COM untuk dapat kami sampaikan kepada pembaca sekalian.