BANDUNG – Dunia saat ini memasuki babak yang mengkhawatirkan. Setelah wabah virus Corona di Tiongkok mulai mereda, sementara di belahan dunia lain sedang mengalami peningkatan jumlah yang signifikan. Tidak hanya di Italia, Iran dan AS saja, tetapi juga terjadi di Indonesia dan banyak negara lainnya. Pandemi covid 19 ini memang tidak bisa dianggap enteng, sebab fakta menunjukkan bahwa jumlah korban meninggal dunia pun terus meningkat. Tidak ada seorang pun yang tahu pasti, kapan wabah ini akan berakhir. Banyak orang yang berkomentar dengan segala opininya di media yang kadang satu sama lain informasinya berbeda sehingga menimbulkan kebingungan di tengah masyarakat awam. Semua seolah menjadi pakar, dari pakar beneran sampai pakar hoaks turut berkomentar.
Seorang Pemerhati Ilmu Hikmah, Dede Farhan Aulawi yang dihubungi di Bandung, Jum’at (27/3) melalui saluran seluler mengatakan bahwa di balik setiap peristiwa, pasti selalu ada “hikmah” yang bisa dipetik sebagai pelajaran buat semua.
” Hikmah tidak harus datang dari tertawa, sebab terkadang hikmah bisa muncul dari setiap air mata. Artinya di balik semua kejadian, kesedihan dan kekhawatiran selalu ada hikmahnya. Hikmah tersebut boleh jadi tidak diketahui saat ini, tapi mungkin akan dipahami di waktu yang akan datang “, ujar Dede.
Namun demikian, secara kasat mata ada juga hikmah yang bisa diketahui saat ini, seperti banyak orang yang mulai peduli dengan kebersihan dan kesehatan. Di samping itu, ada waktu yang lebih banyak untuk membangun interaksi keluarga. Mereka yang selama ini sibuk dengan pekerjaan di luar rumah, dipaksa untuk tinggal dan bekerja di rumah, sehingga hubungan bathin antara ayah, ibu dan anak semakin terjalin.
Di samping itu, banyak juga melahirkan kesadaran spiritual ke arah yang lebih baik. Sadar bahwa kehidupan di dunia ini hanya sementara saja, dan semua itu baik harta, jabatan, kehormatan bahkan ketenaran hanya bersifat sementara saja.
Semua harta yang dikumpulkan dengan segala “cara” pada akhirnya akan ditinggalkan dan berpindah tangan. Sertifikat tanah atau aset lainnya, akan berubah nama menjadi milik yang lain. Lalu apa lagi yang pantas untuk disombong kan. Bahkan harta yang sering kita banggakan, boleh jadi akan menjadi beban saat dimintai pertanggungjawaban di Yaumil akhir nanti.
Begitupun dengan “jabatan” semua hanya sementara saja. Semua ada waktunya, dan pasti suatu saat harus dilepaskan untuk diteruskan oleh penerusnya. Mohon jadi renungan bahwa tidak sedikit orang yang sangat dihormati saat memiliki jabatan, tetapi “kehormatannya” ikut lepas juga ketika jabatannya berakhir. Jabatan dan kehormatan kadangkala membuat orang terlena, sehingga lupa bahwa jabatan atau kehormatan sesungguhnya sebuah amanah yang harus dijaga “kesuciannya”.
Demikian juga dengan ketenaran, semua sementara. Saat badan terkujur kaku tak berdaya, tidak ada lagi kesetiaan yang akan terus mengawal dan menemaninya. Kecuali amal sholih yang ia lakukan saat hidupnya.
Lihatlah orang-orang yang dianggap tenar selama ini, lambat laun akan dilupakan orang. Jangankan orang lain, keluarganya sendiri pun belum tentu selalu hadir untuk menziarahinya.
Virus Corona adalah sebuah mahluk yang tidak terlihat secara kasat mata, tetapi saat ini sangat diyakini keberadaannya, bahkan sangat ditakuti oleh setiap orang. Berbagai persenjataan modern yang selama ini sering dibanggakan, ternyata lumpuh dan tak bisa digunakan dihadapan mahluk super kecil bernama Corona. Jet tempur, kapal induk, sampai misil balistik tidak bisa dipakai untuk menyerbu musuh umat manusia tersebut, sehingga banyak anggaran pertahanan di banyak negara dialihkan menjadi anggaran kesehatan. Seolah virus Corona ingin menyampaikan pesan pada seluruh umat manusia agar tidak memperbesar anggaran untuk saling membunuh dan menghancurkan, tapi gunakanlah untuk kesehatan dan kesejahteraan sesama umat. Ternyata untuk membangun kesadaran kolektif seperti itu saja, harus dididik dulu dengan penderitaan, kesedihan dan kesulitan melalui instrumen universal beridentitaskan virus Corona atau covid 19.
” Sesuatu yang tidak terlihat, tetapi dipercaya dan diyakini “ada”, seharusnya membangun kesadaran “tauhid” dalam meningkatkan keimanan dalam menjalankan ajaran agama “, tegas Dede.
Tempat – tempat yang dilarang oleh agama selama ini selalu ramai peminatnya. Meskipun instrumen hukum positif yang melarangnya juga sudah ada, ternyata tidak cukup efektif untuk menghentikannya. Akhirnya Corona turun tangan dengan caranya sendiri sehingga manusia mulai menjauhinya.
Di saat yang bersamaan kecemasan akan kematian, melahirkan upaya – upaya untuk lebih mendekatkan diri pada Tuhan. Ternyata tidak sedikit manusia yang mau mendekati Tuhan, harus ditakut-takuti dengan kematian terlebih dahulu. Tidak ada kekuatan apapun yang bisa menunda kematian yang sudah ditetapkan oleh Allah, Tuhan Yang Maha Esa. Harta, pangkat, jabatan, koneksi ataupun senjata tidak bisa dijadikan alat untuk negosiasi dengan sang maut.
” Ada baiknya saat ini kita perbanyak istighfar untuk memohon ampunan kepada Allah, dan memohon do’a agar pandemi covid 19 segera diangkat, serta semakin mendekatkan diri kepada-Nya menuju kesempurnaan iman sebagai orang yang bertakwa. Aamiin YRA š¤² “, pungkas Dede menutup perbincangan. (Rls/FPRN)