Mengungkap Cibiran Mobil ‘Kaleng Kerupuk’ di RI

0
146
Mengungkap Cibiran Mobil 'Kaleng Kerupuk' di RIIlustrasi. (Foto: CNN Indonesia/Tachta Citra Elfira)

LENSAPANDAWA.COM – Istilah mobil ‘kaleng kerupuk’ umum dilontarkan pada kendaraan-kendaraan buatan pabrikan Jepang. Kata bernada ejekan tersebut faktanya sudah ada sejak produsen asal negeri sakura mulai masuk Indonesia pada medio 1960.

Dalam buku ‘Sejarah Mobil dan Kisah Kehadiran Mobil di Negeri Ini’ karya James Luhulima menjelaskan julukan ‘mobil kaleng’ muncul karena masyarakat kala itu sudah terbiasa dengan produk otomotif asal Amerika Serikat dan Eropa yang memiliki bodi berpelat tebal.

Menurut James dibandingkan mobil buatan Amerika dan Eropa, produk Jepang terlihat lebih ringkih lantaran berbodi lebih tipis.


Mobil asal Amerika Serikat dan Eropa memang lebih dahulu masuk Indonesia atau sejak 1920, mulai Albion, Berliet, British Daimler, Buick, Cadillac, dan Charron.

Selain itu ada Chevrolet, Darracq, Delaunay Bellevelle, Fiat, Ford, Mercedes, Minervette, Oldsmobile, Orient, Oryx, Panhard Levassor, Renault, Reo, sampai dengan Spyker.

Sementara mobil Jepang yang mengawali karir pada industri otomotif Indonesia pada akhir 1960, yakni Toyota, Datsun/Nissan, Mazda, Mitsubishi, Suzuki, Subaru, dan Honda.

Kehadiran mobil Jepang lantas mendapat cibiran masyarakat ketika melihatnya lalu lalang di jalan raya pada akhir 1960 hingga awal 1970. Dengan nada mengejek, masyarakat kala itu menyebut bodi mobil Jepang yang tipis terbuat dari blek (kaleng) kerupuk. Blek dikatakan terbuat dari seng sebagai bahan dasar.

“Mengingat jika bodi mobil Jepang itu diketuk, maka bunyinya nyaring, mirip suara blek yang diketuk,” tulis James.

Mobil-mobil Jepang terus berevolusi. Masyarakat mulai menyadari kualitas mobil Jepang tidak seburuk yang mereka duga. Pabrikan Jepang yang menawarkan mobil andal, harga mobil terjangkau juga menyuguhkan biaya perawatan relatif ‘murah’ saat itu.

Alhasil, konsumen mulai tergoda untuk memiliki mobil Jepang.

Kualitas Mobil Jepang Saat Ini

Direktur Marketing Astra Daihatsu Motor (ADM) Amelia Tjandra yang paham dengan kualitas bodi mobil-mobil Daihatsu mencoba meluruskan pendapat konsumen soal bodi mobil buatan pabrikan otomotif Jepang.

Menurutnya, bodi mobil yang terbuat dari plat relatif tipis bukan berarti rentan. Melainkan hal tersebut menjadi bagian dari penyempurnaan pada industri otomotif.

“Dulu itu ponsel lama besar dan berat, spesifikasi sederhana. Sekarang tipis, tapi full spec karena teknologi. Begitu juga dengan industri mobil,” ucap Amelia.

Material pembuatan pelat bodi mobil ada bermacam-macam. Tapi umumnya mobil penumpang menggunakan baja yang dicampur dengan bahan lain. Namun, untuk beberapa sisi misalnya bumper menggunakan material plastik untuk menekan bobot kendaraan. Sementara tingkat ketebalan pelat disesuaikan dengan jenis mobil tersebut.

Argumen pabrikan penggunaan, penggunaan pelat tipis salah satunya guna menekan bobot kendaraan sehingga bisa mengejar efisiensi bahan bakar minyak. Di satu sisi, pabrikan meningkatkan kualitas mobil dengan memperbanyak fitur keselamatan penumpang sebagai kompensasinya.

Misalnya mobil penumpang jenis Toyota Avanza dan Daihatsu Xenia memiliki ketebalan pelat bodi sekitar 0,5 mm sampai 0,7 mm. Untuk jenis mobil di atas menggunakan pelat lebih tebal.

“Teknologi membuat steel (baja) yang dibuat ringan tapi kuat, lebih kuat dari steel mobil lama yang berat. Efeknya ini ya mobil irit bahan bakar,” ungkap Amelia. (ryh/mik)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here