BMKG Ungkap Efek Langit RI Cerah Sejak Lebaran Imbas PSBB

0
176
BMKG Ungkap Efek Langit RI Cerah Sejak Lebaran Imbas PSBBIlustrasi langit cerah Jakarta. (CNN Indonesia/Bisma Septalisma)

LENSAPANDAWA.COM – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) telah menurunkan emisi polutan secara signifikan. Hal itu terlihat dari kondisi langit yang cerah sejak hari pertama lebaran 2020 di beberapa wilayah Indonesia, termasuk di Ibu Kota Jakarta.

Prakirawan BMKG Nanda Alfuadi mengatakan pemantauan polutan dengan ukuran kurang dari 10 mikron menunjukkan kondisi udara dalam kategori baik.

“Secara umum tentu PSBB memiliki kontribusi signifikan terhadap penurunan emisi polutan,” ujar Nanda kepada CNNIndonesia.com, Selasa (26/5).

Nanda mengatakan penurunan polutan disebabkan oleh volume kendaraan yang mengalami penurunan. Dia berkata penurunan volume kendaraan selama PSBB sangat signifikan.

Lebih lanjut, Nanda menyampaikan partikel udara yang berukuran lebih kecil dari 10 mikron atau Partikulat (PM10) yang ada disejumlah wilayah di Indonesia dalam kondisi baik pada hari Selasa (26/5), pukul 13.00. Di Jambi misalnya, konsentrasi PM10 hanya 10.79 µgram/m3.

Sedangkan di Pontianak sebesar 21.51 µgram/m3; Banjarbaru sebesar 12.06 µgram/m3; Pangkalanbun sebesar 22.34 µgram/m3; Cibeureum sebesar 16.00 µgram/m3; Kota Pekanbaru sebesar 2.52 µgram/m3; dan Sidoarjo sebesar 7.00 µgram/m3.

“Berdasarkan data tersebut seluruh alat pengukur PM10 BMKG menunjukkan kondisi udara dalam kategori baik,” ujarnya.

Adapun Nilai Ambang Batas (NAB) adalah batas konsentrasi polusi udara yang diperbolehkan berada dalam udara ambien. NAB PM10 = 150 µgram/m3.

Sebelumnya, beberapa warga Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi memamerkan hasil jepretan foto langit di wilayah kediaman mereka masing-masing.

BMKG juga sebelumnya mengatakan polusi udara karbondioksida (CO2) DKI Jakarta selama PSBB maupun kerja dari rumah (WFH) berada di angka terendah dalam kurun waktu tiga tahun terakhir.

Berdasarkan data periode 1 Maret-27 April, Kepala Sub Bidang Produksi Informasi Iklim dan Kualitas Udara, Siswanto Siswanto menjelaskan pemberlakuan WFH dan PSBB telah menurunkan rata-rata konsentrasi CO2 sekitar 47 ppm atau turun 9,8 persen dibandingkan tahun 2019.

“Kalau di perhatikan grafik ini di mana CO2 pada tahun 2017 sampai 2019 pada Maret – April umumnya pada rentang konsentrasi sekitar 470 – 500 ppm. Pada periode yang sama di Maret-April tahun ini dapat turun pada kisaran 420 ppm di Jakarta,” kata Siswanto saat dihubungi CNNIndonesia.com, Kamis (30/4).

Siswanto mengatakan  PSBB dan WFH lebih signifikan mengurangi tingkat konsentrasi gas karbon dioksida (CO2) daripada kadar konsentrasi partikel debu  (Particulate Matter 10 /PM 10).

“Data konsentrasi CO2 dari tanggal 1 Februari hingga 27 April terpantau terus mengalami penurunan dengan laju penurunan 0.2287 ppm/hari, terlebih lagi signifikan setelah diberlakukannya WFH dan PSBB. Rata-rata konsentrasi CO2 saat WFH dan PSBB menurun sekitar 4.6 ppm atau 1.1 persen dari sebelum WFH dan PSBB,” kata Siswanto.

Di sisi lain, data BMKG dari Maret hingga 27 April menunjukkan nilai PM 10 yang tidak jauh berbeda saat periode WFH maupun PSBB dibandingkan sebelumnya. Secara umum, konsentrasi rerata harian PM10 berfluktuasi pada rentang 20 – 70 ug/m3, kategori rendah hingga sedang.

“Secara umum, konsentrasi rerata harian PM10 berfluktuasi pada rentang 20 – 70 ug/m3, kategori rendah hingga sedang, jauh di bawah ambang batas 150 ug/m3,” kata Siswanto.

(jps/DAL)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here