Ojek online. (Foto: CNN Indonesia/ Safir Makki)
LENSAPANDAWA.COM – Penumpang disarankan membawa helm sendiri ketika menggunakan jasa ojek online (ojol) dan konvensional. Hal ini meningkatkan optimisme pedagang helm setelah puasa jualan sekitar hampir tiga bulan lamanya imbas pandemi Covid-19.
Marketing dan Komunikasi Manajer KYT Indonesia Simon Mulyadi menjelaskan anjuran mengenakan helm pribadi saat naik ojol diprediksi akan meningkatkan permintaan helm, yang praktis merupakan kesempatan untuk merauk keuntungan.
“Ya mudah-mudahan meningkat [penjualannya]. Kami sih optimis. Kalau kemarin-kemarin kami kan sulit jualan,” kata Simon melalui telepon, Senin (8/6).
Imbauan menggunakan helm sendiri menjadi salah satu poin yang ditentukan pemerintah melalui Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/MENKES/328/2020 Tentang Panduan Pencegahan dan Pengendalian Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) di Tempat Kerja Perkantoran dan Industri dalam Mendukung Keberlangsungan Usaha Pada Situasi Pandemi.
Imbauan itu merujuk pada fasilitas transportasi ojol yang biasa dimanfaatkan masyarakat sehari-hari selama masa new normal atau kehidupan normal baru.
Penggunaan helm sendiri juga diyakini Simon menjadi peluang buat penjualan helm halfface atau open face yang biasa digunakan ‘boncenger’.
“Karena kalau fullface itu biasa yang menggunakan pengendara,” kata Simon.
Ciptakan pasar baru
Hal yang sama juga diungkapkan Executive Director RSV Helmet Richard Ryan. Richard mengatakan penjualan helm selama dua bulan ke depan diprediksi naik 80 persen.
“Ya mungkin bisa 80 persen sampai dua bulan ke depan,” ucap Richard.
Richard mengatakan pihaknya justru merasa kenaikan penjualan helm halfface sudah mulai beberapa waktu terakhir. Ia pun menjelaskan ada permintaan barang via penjualan online.
“Jadi pada penjualan online, yang biasa penjualan 60 persen fullface, nah semenjak Covid 70 persen halfface, 30 persen fullface. Mungkin orang sudah sadar kebersihan, jadi ingin punya helm sendiri ya,” ucap Richard.
“Bahkan orang yang dulu belom pernah beli, bisa jadi beli helm. Dan ada market baru. Bisa jadi dulu orang yang tidak peduli helm, sekarang pada nenteng-nenteng helm kemana-mana,” tutup Richard. (ryh/mik)