Sane Sinema bawa “Lima Elang” ke lokasi pengungsian gempa Ambon

0
153
Sane Sinema bawa Anak-anak pengungsi korban dampak gempa magnitudo 6,5 di Desa Tial, Kecamatan Salahutu (Pulau Ambon), Kabupaten Maluku Tengah menyaksikan film yang diputar oleh komunitas pekerja film Sane Sinema (20/10) (ANTARA/Shariva Alaidrus)

LENSAPANDAWA.COM – Komunitas pekerja film lokal, Sane Sinema memutarkan film Lima Elang besutan sutradara Rudi Seodjarwo kepada anak-anak pengungsi korban dampak gempa tektonik magnitudo 6,5 di Desa Tial, Kecamatan Salahutu (Pulau Ambon), Kabupaten Maluku Tengah, Minggu malam.

Digelar di lokasi pengungsian yang dihuni oleh sedikitnya 135 kepala keluarga (KK) di Tial, pemutaran film "Lima Elang" dilangsungkan oleh Sane Sinema untuk menghibur anak-anak korban dampak gempa yang masih mengungsi.

Film berdurasi 88 menit ini ditayangkan bersama dengan dua film pendek lainnya, yakni film animasi pendek tentang mitigasi bencana gempa "Bongso Story", dan film pendek "Ayo Main" karya Bambang Ipoenk yang pernah diputar di festival film internasional anak-anak dan remaja "Kidsfest" pada 2017.

"Lima Elang" merupakan sinema keluarga yang dibintangi sejumlah artis cilik populer, seperti Bastian Simbolon, Iqbaal Ramadhan, Bryant Santoso, Monica Sayangbati, Teuku Rizky Muhammad dan Christhoffer Nelwan.

Dirilis pada 2011, pemutaran film yang mengisahkan petualangan lima orang anak anggota gerakan Pramuka tersebut mendapat sambutan positif dari belasan anak pengungsi yang menontonnya.

Kendati dilakukan pada malam hari di bawah langit terbuka dengan menggunakan layar proyektor dan penerangan seadanya, anak-anak tampak senang menyaksikan film garapan Rudi Seodjarwo itu dan seolah ikut terbawa ke dalam suasana petualangan.

Beberapa anak terlihat tertawa keras pada setiap adegan lucu, beberapa lainnya bahkan spontan mengomentari adegan-adegan yang dirasa agak menyentuh perasaan mereka.

Piet Manuputty dari Sane Sinema, mengatakan pemutaran film tersebut merupakan bagian dari program penyembuhan trauma bagi pengungsi korban dampak guncangan gempa pada 26 September 2019.

Program yang dilaksanakan bekerj sama dengan beberapa komunitas dan organisasi, seperti Beta Films, Ambon Bergerak, Relawan TIK Maluku, Komnas HAM dan lainnya lebih difokuskan kepada anak-anak, karena secara mental mereka tidak siap menghadapi bencana seperti halnya orang dewasa.

"Menurut kami film bisa menjadi media penyembuhan bagi anak-anak, mereka bisa terhibur dengan film-film yang kami putarkan, mereka juga bisa bermain kembali dan melupakan gempa yang terjadi," ucap Piet Manuputty.

Demikian berita ini dikutip dari ANTARANEWS.COM untuk dapat kami sampaikan kepada pembaca sekalian.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here