Ilustrasi (ANTARA FOTO/Wahyu Putro A)
LENSAPANDAWA.COM – Sepasang peneliti dari Massachusetts Institute of Technology (MIT) Amerika Serikat mengembangkan baterai dengan cara baru untuk menyingkirkan karbon dioksida dari udara. Mereka mengembangkan baterai yang bisa membersihkan polusi udara.
Penelitian ini dibuat sebagai solusi untuk masalah pencemaran udara yang makin mengkhawatirkan. Penggunaan bahan bakar fosil yang meningkatkan konsentrasi karbon dioksida di udara menjadi salah satu penyebab perubahan iklim.
Hal ini terungkap lewat penelitian yang dipublikasikan oleh jurnal Energy and Environmental Science. Penelitian ini dilakukan oleh lulusan MIT Sahag Voskian dan T. Alan Hatton, profesor dari Teknik Kiia The Ralph Landau. Voskian melakukan penelitian ini untuk mendapat gelar PhD.
Mengutip Forbes, Mereka mengembangkan baterai besar yang bisa menyerap karbon dioksida di udara. Cara kerja baterai ini adalah dengan menyerap polutan pada udara saat proses pengisian baterai (charging). Pembersihan dilakukan saat udara melewati kandungan elektroda dalam baterai saat pengisian.
Dalam proses ini polutan akan diserap dalam baterai. Sehingga, baterai akan mengeluarkan udara bersih. Ketika baterai melakukan proses pengurangan daya (discharging), baterai sekaligus melepaskan polutan-polutan yang sudah diserap.
Pelat elektrokimia pada baterai ini menggunakan senyawa polyanthraquinone. Untuk pelapis permukaan digunakan karbon nanotube.
Campuran ini membuat baterai ini berbeda dari teknologi baterai penyerap polusi pada generasi sebelumnya. Sehingga, baterai bisa digunakan untuk membersihkan karbondioksida meski dalam paparan yang kecil, seperti karbondioksida di atmosfer.
Sementara teknologi sebelumnya efektif digunakan pada paparan polusi tinggi, semisal pada asap pabrik. Selain itu, baterai ini lebih murah dari baterai sejenis.
“Keuntungan terbesar dari teknologi ini dibanding kebanyakan penangkapan karbon atau teknologi penyerap karbon lainnya adalah sifat biner dari afinitas adsorben terhadap karbon dioksida,” jelas peniti bernama Voskian seperti dikutip Science Daily (25/10).
Voskian juga menjelaskan saat ini sebenarnya elektroda ini dapat diproduksi dengan metode pemrosesan kimia standar. Hanya saja saat ini perlu ada penyesuaian agar dapat dibuat dalam skala besar dan murah.
“Kami telah mengembangkan teknik yang sangat hemat biaya,” kata Voskian.
Sebuah perusahaan bernama Verdox telah didirikan oleh para peneliti untuk mengkomersialkan penemuan ini. Mereka berharap dalam beberapa tahun ke depan telah dapat mengembangkan pabrik dalam skala pilot.
Demikian berita ini dikutip dari CNNINDONESIA.COM untuk dapat kami sampaikan kepada pembaca sekalian.