Ilustrasi flu babi. (Plixs/Public Domain)
LENSAPANDAWA.COM –
Ahli Epidemiologi dari Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman memperingatkan bahwa virus flu babi G4 mempunyai potensi menjadi outbreak atau wabah setidaknya di China karena sudah terbukti dapat pindah dari babi ke manusia.
Namun ia menyarankan kepada masyarakat di Indonesia khususnya untuk tidak panik dengan isu bahwa Flu Babi G4 berpotensi menjadi pandemi baru. Pasalnya belum ada bukti penularan dari manusia ke manusia terjadi akibat virus baru dari China itu.
“Satu hal yang pasti, saat ini belum terjadi penularan dari manusia ke manusia terkait strain baru H1N1 swine flu (flu babi) di China,” tegas Dicky saat dihubungi CNNIndonesia.com, Kamis (2/7).
Kendati demikian, Dicky menghimbau kepada pemerintah dan masyarakat Indonesia untuk tetap harus waspada dengan cara meningkatkan surveilans, yaitu kegiatan pengamatan sistematis dan terus menerus terhadap data serta informasi terkait penyakit atau masalah kesehatan yang berpotensi terjadi peningkatan dan penularan.
Selain itu, pemerintah juga harus melakukan pemeriksaan kepada peternak babi dan mengatur lokasi peternakan yang jauh dari pemukiman warga. Yang tujuannya sebagai mitigasi jika pandemi ini meluas dari China ke negara lain termasuk Indonesia.
“Intinya, tidak perlu panik tapi tetap waspada dengan meningkatkan surveilans, pemeriksaan pada peternak babi dan pengaturan lokasi peternakan yang jauh dari pemukiman,” kata Dicky.
“Skrining pekerja peternak babi sangat penting. Yang perlu diwaspadai adanya kluster penyakit ini atau yang serupa di kalangan peternak babi,” sambungnya.
Menurut Dicky, ada dua cara untuk menyikapi setiap wabah penyakit yang disebabkan oleh hewan. Pertama, potensi penyebaran hewan itu ke manusia lalu potensi penyebaran penyakit dari manusia ke manusia.
Namun untuk G4 ini baru memasuki tahap pertama. Selain itu, virus hasil strain H1N1 ini kata Dicky bukan lah virus baru karena sudah masuk dalam pemantauan sejak 2011.
“Sekali lagi, ini bukan virus baru. Virus ini sudah dalam pemantauan sejak 2011. Artinya virus G4 ini sudah ada setidaknya 5 tahunan dan tidak ditemukan bukti penyebaran di manusia selama 5 tahun ini,” tegasnya.
Senada dengan Dicky, Kementerian Luar Negeri China bergerak cepat untuk meredam kekhawatiran tersebut. “Virus G4 yang disebutkan dalam laporan terkait adalah subtipe dari virus H1N1. Para ahli telah menyimpulkan bahwa ukuran sampel dari laporan ini kecil dan tidak representatif,” kata juru bicara kementerian luar negeri Zhao Lijian.
Zhao menambahkan bahwa departemen dan pakar yang relevan akan terus meningkatkan pemantauan penyakit dengan mengirim peringatan dan menanganinya tepat waktu.
Penelitian yang diterbitkan Senin (29/6) di jurnal sains Amerika Serikat menyebutkan jenis baru flu babi yang ditemukan di China memiliki ‘semua ciri penting’ untuk menginfeksi manusia dan menimbulkan kekhawatiran akan potensi pandemi lainnya.
G4 diamati sebagai penyakit yang sangat menular, bereplikasi dalam sel manusia dan menyebabkan gejala yang lebih serius pada musang daripada virus lain. Para peneliti mengambil 30 ribu swab dari hidung babi di sepuluh provinsi di China dan memungkinkan mereka mengisolasi 179 virus flu babi. Menurut penelitian, 10,4 persen pekerja di rumah potong babi yang diuji sudah terinfeksi. Sejauh ini belum ada bukti penularan dari manusia ke manusia.
(din/DAL)