Ilustrasi daun Eucalyptus.(Istockphoto/Getty Images/davidf)
LENSAPANDAWA.COM – Ahli Botani dari Universitas Mataram, Niechi Valentino menyangsikan Covid-19 akibat infeksi virus corona SARS-CoV-2 bisa disembuhkan hanya dengan senyawa aktif 1,8 cineole yang ada pada eucalyptus.
Sebab Covid-19 menyerang sistem pernapasan secara kompleks. Sementara 1,8 cineole hanya meredakan penyumbatan di hidung.
Padahal sistem pernapasan bukan hanya hidung, tapi juga tenggorokan hingga paru-paru. Bahkan virus bisa menular melalui mata hingga mulut.
“Sifat serangan virus Covid-19 ini menyerang sistem pernafasan secara kompleks. Sedangkan 1,8 cineole hanya sebagai pereda penyumbat di hidung,” ujar Niechi saat dihubungi CNNIndonesia.com, Senin (18/5).
Hal ini diutarakan Niechi terkait dengan pendaftaran hak paten anti virus corona yang dilakukan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Kementerian Pertanian (Kementan).
Badan ini telah mendaftarkan hak paten untuk tiga produk anti virus Corona berbasis senyawa aktif 1,8 cineole (eucalyptol) pada 15 Mei lalu di Kementerian Hukum dan HAM (Kemenhukham).
Hanya saja dalam keterangan resmi, Kementan tak secara spesifik menyebut virus itu sebagai anti virus Covid-19. Patut diketahui varian virus corona tak hanya SARS-CoV-2 penyebab Covid-19, tapi ada MERS, hingga SARS. Selain itu, sejak lama virus corona memang dikenal menginfeksi hewan dengan varian virus corona, alfa, beta, hingga gamma.
Selain itu, menurut Niechi dibutuhkan senyawa tambahan seperti myricetin untuk menghancurkan dahak di paru-paru dan meningkatkan imunitas.
Senyawa lain yang dibutuhkan adalah hesperidin dan luteolin. Hesperidin ditemukan di berbagai jenis jeruk yang bermanfaat untuk menghambat penggandaan virus serta ikatan protein virus ke sel manusia yang menjadi reseptor virus.
Senyawa luteolin golongan flavonoid banyak terdapat pada sayuran indigenious (lokal/asli) Indonesia seperti kelor, seledri, bayam, jinten, apel dan tempuyung. Luteolin bisa memecah protein S (spike).
“Pada virus sangat mudah melakukan replikasi atau penggandaan. Hasil temuan para ilmuwan menunjukkan bahwa Covid-19 ini mempunyai kunci yang disebut protein “S”. Protein S ini merupakan target potensial untuk melawan infeksi virus ini,” kata Niechi.
Oleh karena itu, Niechi mengatakan tidak cukup pengembangan hanya pada satu senyawa saja, perlu riset lebih lanjut dan berulang-ulang yang melibatkan banyak senyawa dan mengombinasikan senyawa untuk menemukan anti virus.
“Bukan tidak mungkin kita akan menemukan anti virus Covid-19 ini. Kebetulan kandungan seperti ini banyak terdapat pada jenis lokal asli tanaman kita,” ujar Niechi.
Sementara itu, Kepala Bidang Pengelolaan Penelitian Kimia Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Akhmad Darmawan menjelaskan senyawa 1,8 cineole memang sudah dikenal untuk menyembuhkan influenza atau flu.
“Mengombinasikan 1,8-cineole dengan oseltamivir dan memberikan hasil bahwa kombinasi tersebut memberikan efek yang sinergis dalam melawan infeksi yang disebabkan virus influenza A (H3N2) atau flu burung,” kata Akhmad.
Di sisi lain, Akhmad menilai setiap virus memiliki karakteristik berbeda karena selalu bermutasi. Pernyataan ini menanggapi pernyataan Kementan yang hanya menyebut 1,8 cineole bisa menyembuhkan corona, tak spesifik menyebut Covid-19.
Berdasarkan uji laboratorium Balitbang, eucalyptus mampu membunuh virus virus influenza, virus Beta dan gamma corona dalam skala 80-100 persen.
“Setiap virus memiliki karakteristik berbeda, pun virus yang sama jika sudah bermutasi sedikit banyak pasti mempunyai perbedaan. Nah, virus yang mempunyai perbedaan akan membutuhkan obat dengan karakteristik yang juga berbeda,” tuturnya. (jnp/eks)