Ilustrasi anak sekolah. (Adhi Wicaksono)
LENSAPANDAWA.COM – Epidemiolog dari Universitas Griffith, Dicky Budiman menyatakan pembukaan kegiatan belajar dan mengajar di sekolah harus diputuskan secara matang dan bijak. Dicky menilai kondisi pandemi virus corona Covid-19 di Indonesia masih dalam posisi puncak.
“Hal ini perlu pertimbangan para ahli kompeten dan diputuskan secara matang dan bijak. Kecuali kondisi pandemi secara umum sudah terkendali,” ujar Dicky kepada CNNIndonesia.com, Selasa (16/6).
“Faktanya saat ini secara umum kondisi pandemi kita masih menuju puncak dan belum optimal dalam pengendalian pandemi,” ujarnya.
Dicky menuturkan kebijakan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim membuka sekolah pada situasi pandemi tidak semudah seperti membuka mal.
Sebab, dia mengatakan pembukaan sekolah menyangkut dua kelompok usia yang memiliki risiko dan karakteristik masing-masing, yakni anak (para siswa) dan para guru atau staf sekolah yang bisa jadi kelompok berisiko karena adanya komorbiditas.
Lebih lanjut, Dicky menyampaikan sekolah adalah contoh salah satu lingkungan yang harus diberi perlakuan khusus dalam situasi pandemi. Selain adanya kelompok anak dan dewasa, interaksi di dalam ruang kelas yang tertutup jauh lebih berisiko dibanding di luar ruangan sebagaimana teori dan fakta riset.
“Oleh karena itu, saya imbau pemerintah pusat dan daerah untuk betul-betul melibatkan para ahli terkait sebelum memutuskan suatu sekolah dibuka, meskipun berada di zona hijau,” ujar Dicky.
Di sisi lain, Dicky menyampaikan sistem zonasi Covid-19 yang dimiliki satu daerah saat ini relatif belum bisa diandalkan betul secara data. Dia berkata data testing yang dilaporkan sebagian besar masih belum bersifat real time.
Dicky menyampaikan Indonesia memiliki masalah jumlah cakupan testing dan kecepatan hasilnya. Dia menyebut banyak daerah yang tertunda hasil sampelnya karena keterbatasan kapasitas laboratorium.
“Artinya hasil yang diumumkan saat ini bukan lah tes yang dilakukan hari ini atau bahkan bukan juga yang kemarin. Hasil tes yang diterima atau diumumkan bisa dari sampel yang seminggu lalu, bahkan bisa lebih,” ujar Dicky.
Terkait dengan kondisi zona, dia menambahkan juga tidak real time. Sehingga, dia kembali mengingatkan sekolah yang berada di zona hijau belum memastikan keamanan.
“Tambahan lainnya lagi faktor asal atau domisili siswa dan guru. Belum tentu mereka berasal dari zonasi yang sama dengan sekolah. Walaupun beberapa waktu lalu sudah diterapkan sistem zonasi untuk masuk sekolah,” ujarnya.
Sebelumnya, Menteri Nadiem memutuskan untuk membuka kembali kegiatan belajar dan mengajar secara tatap muka di wilayah yang berstatus zona hijau atau zona aman penyebaran virus corona (SARS-CoV-2) pada tahun ajaran baru 2020/2021.
Nadiem merinci jumlah peserta didik di tingkat pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar dan pendidikan menengah di zona hijau penyebaran corona hanya berkisar 6 persen dari total peserta didik.
(jps/DAL)