Ilustrasi. (Foto: (dok. NASA))
LENSAPANDAWA.COM – Para astronom mengklaim telah menemukan siklus aktivitas dalam ledakan radio yang berpotensi menggali petunjuk penting tentang fenomena ruang angkasa. Ledakan radio cepat atau FRB adalah kilatan cahaya ekstragalaktik yang melepaskan energi dalam beberapa milidetik sebanyak energi yang dilakukan matahari di seabad.
Para ilmuwan pertama kali melihat FRB pada 2007. Namun, mereka kesulitan memahami penyebab letusan ini hampir satu setengah dekade. Penjelasan potensial terkait fenomena itu berkisar dari penggabungan bintang neutron superdense hingga peradaban alien yang canggih.
Melansir Space, lebih dari 100 FRB telah ditemukan hingga saat ini. Kebanyakan dari FRB hanya menyala sekali saja.
Terakhir, para astronom melaporkan bahwa salah satu FRB, yang disebut FRB 180916.J0158 + 65, tampaknya menunjukkan siklus aktivitas 16 hari pada bulan Januari 2020. FRB 180916.J0158 + 65 melepaskan semburan selama peregangan empat hari, diam selama 12 hari, dan kemudian mulai dari awal lagi.
FRB 180916 adalah yang pertama diketahui meletus secara periodik. Dan saat para ilmuwan telah menemukan ledakan lain.
Para peneliti memantau pengulangan FRB 121102 dengan menggunakan Lovell Telescope, antena parabola 250-kaki (76 meter) di Jodrell Bank Observatory, Inggris, selama lima tahun.
Dalam studi terbaru, mereka menemukan indikasi kuat siklus aktivitas 157 hari dari FRB 121102. Dalam studi itu FRB 121102 diketahui menyala selama 90 hari dan kemudian diam selama 67 hari.
Ada sejumlah dugaan di balik siklus itu. Misalnya, flare-up periodik dapat disebabkan oleh goyangan pada sumbu rotasi bintang neutron bermagnet tinggi yang dikenal sebagai magnetar. Atau fenomena itu dapat dikaitkan dengan gerakan orbital bintang neutron dalam sistem biner.
Efek goyangan diperkirakan akan bermanifestasi dalam rentang beberapa minggu, kata anggota tim studi. Sehingga mereka tampaknya kompatibel dengan siklus 16 hari FRB 180916, tetapi tidak dengan siklus FRB 121102, yang 10 kali lebih lama.
“Penemuan menarik ini menyoroti betapa sedikitnya yang kita ketahui tentang asal-usul FRB,” kata rekan penulis studi Duncan Lorimer, associate dekan untuk penelitian di West Virginia University.
“Pengamatan lebih lanjut dari sejumlah besar FRB akan dibutuhkan untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang sumber-sumber periodik ini dan jelaskan asalnya,” ujarnya.
Studi baru yang dipimpin Kaustubh Rajwade dari Universitas Manchester diterbitkan dalam jurnal Pemberitahuan Bulanan dari Royal Astronomical Society.
Melansir Forbes, sinyal radio yang baru ditemukan berasal dari galaksi kecil sekitar tiga miliar tahun cahaya dari Bumi. FRB terdeteksi untuk pertama kalinya pada 2007 oleh teleskop radio Parkes di Australia.
Setelah pertama kali diketahui pada tahun 2014 oleh teleskop radio Arecibo, FRB 121102 terdeteksi lagi pada tahun 2016 dan menjadikannya satu-satunya sinyal yang telah terjadi lebih dari satu kali.
Pengamatan itu memaksa para astronom mempertimbangkan kembali teori bahwa FRB adalah peristiwa satu kali yang berkaitan dengan bintang yang meledak sebagai supernova atau peristiwa bencana besar lainnya.
Sejak itu, 19 “pengulangan” lainnya telah ditemukan.
Jodrell Bank Observatory mendetekasi 32 semburan lebih lanjut selama lima tahun dari FRB 121102.
Tim menemukan bahwa setiap ledakan radio dari FRB 121102 berlangsung sekitar 90 hari diikuti oleh periode diam 67 hari. Perilaku yang sama kemudian diulang setiap 157 hari. Tidak ada pola dasar dalam pengulangan yang sebelumnya telah diidentifikasi. Hal itu membuat para astronom dapat memprediksi kapan FRB 121102 akan hidup atau mati.
Ini menurut ahli adalah petunjuk menarik tentang asal-usul FRB.
Para astronom berpikir bahwa pola yang mereka amati menunjukkan bahwa ledakan kuat ini terkait dengan gerakan orbital dari bintang masif, sebuah bintang neutron, dan sebuah lubang hitam. Temuan itu sekaligus menegaskan suara radio bukan disengaja dari peradaban alien intergalaksi.
Bintang neutron adalah inti yang runtuh dari bintang raksasa, hasil dari ledakan supernova. Diperkirakan bahwa sumbu goyangan bintang neutron bisa menjadi penyebab FRB 121102, tetapi data baru menunjukkan itu bukan masalahnya. (jps/mik)