Ilustrasi roket. (Screenshot via web Nasa.gov)
LENSAPANDAWA.COM – Penganut paham bumi datar Mark Hughes dinyatakan meninggal di tengah uji coba roket uap buatannya sendiri.
Dalam video yang tersebar terungkap, roket uap yang ditumpangi Hughes terlihat kehilangan tenaga beberapa detik setelah lepas landas sebelum mencapai ketinggian yang direncanakan, yakni 5 ribu kaki atau 1,5 kilometer.
Roket uap dibangun oleh Hughes dalam rangka mewujudkan misinya, yakni membuktikan bahwa bumi datar.
Peneliti LAPAN Rhorom Priyatikanto mengaku tidak mengetahui secara pasti sistem roket uap yang dibangun oleh Hughes. Namun, dia berkata secara awam roket uap tidak memiliki daya dorong yang cukup untuk menerbangkan wahana ke ruang angkasa.
“Dari perspektif ‘awam’, roket uap yang ada tidak punya daya dorong yang cukup untuk menerbangkan wahana ke ruang angkasa,” ujar Rhorom kepada CNNIndonesia.com, Rabu (26/2).
Rhorom menuturkan pada umumnya roket uap berisikan uap air yang bertekanan tinggi yang ditampung di dalam tangki. Dia menyebut pemanasan air untuk menghasilkan uap dapat juga dilakukan dengan tenaga nuklir.
[Gambas:Video CNN]
Lebih lanjut, Rhorom menyampaikan LAPAN belum memiliki rencana untuk mengembangkan roket uap. Saat ini, dia menyebut LAPAN tengah mengembangkan roket berbahan bakar padat.
“Riset roket berbahan bakar cair pernah dilakukan, tapi belum berhasil karena memiliki kompleksitas yang tinggi. Roket yang digunakan NASA, SpaceX, ISRO, dan sebagainya menggunakan bahan bakar cair (kerosene, oksigen),” ujarnya.
Dalam laman resmi, Pusat Teknologi Roket LAPAN saat ini tengah mengembangkan empat jenis roket, yakni Roket EDF/TJ, Roket Sonda, Roket Peluncur Satelit, dan Roket Cair. LAPAN menargetkan mampu membawa satelit secara mandiri ke antariksa pada tahun 2039.
Demikian berita ini dikutip dari CNNINDONESIA.COM untuk dapat kami sampaikan kepada pembaca sekalian.