Pianis dan komposer Ananda Sukarlan.(Antara/Aubrey Fanani)
LENSAPANDAWA.COM – Indonesia butuh revolusi pendidikan seni karena selama ini diajarkan dengan cara yang sama dengan pendidikan ilmu pasti,
kata pianis sekaligus komposer Ananda Sukarlan.
"Pelajaran seni diajarkan menggunakan pendekatan logika padahal harusnya tidak ada nilai angka untuk seni. Misalnya ada gambar yang dinilai guru delapan ada yang dinilai sembilan," katanya saat ditemui di Kemah Budaya Kaum Muda di Kompleks Candi Prambanan, Yogyakarta, Selasa.
Menurut dia semua orang memiliki cara berpikir yang berbeda maka tidak dapat diseragamkan, harusnya imajinasi siswa dikembangkan secara bebas.
Untuk merevolusi pendidikan, maka dapat menggunakan prinsip Ki Hajar Dewantara.
"Kata-kata beliau mengenai 'bimbinglah dari belakang' harus diterapkan dalam pendidikan seni. Dalam prinsip Ki Hajar Dewantara pendidikan dasar itu dimulai dengan pendidikan seni," kata dia.
Dia menilai negara-negara di Eropa bisa lebih maju dibandingkan dengan Indonesia karena mereka dapat menghargai individu. Setiap individu harus berkembang imajinasi dan kreatifitasnya.
Dengan mengembangkan imajinasi maka akan tahu tujuan ke depan, cara merealisasikan imajinasi tersebut dengan kreatifitas. Setelah itu ilmu pengetahuan akan datang seiring jalannya kedua hal tersebut, kata dia.
"Kekuatan bangsa itu ada di kekuatan individu. Kita harus lari sekarang karena kita sudah ketinggalan banyak, dan lari itu didapat dengan pendidikan kreatifitas dan pendidikan kreatifitas itu didapat dengan pendidikan seni," kata dia.
Demikian berita ini dikutip dari ANTARANEWS.COM untuk dapat kami sampaikan kepada pembaca sekalian.