Ilustrasi (ANTARA FOTO/MUHAMMAD BAGUS KHOIRUNAS)
LENSAPANDAWA.COM – Pemerintah mulai mewacanakan new normal atau normal baru dengan memulai aktivitas masyarakat usai pelaksanaan pembatasan sosial berskala besar (PSBB).
normal meskipun pandemi virus corona atau covid-19 belum berakhir. New normal artinya manusia harus menyesuaikan hidup bendampingan dengan virus SARS-CoV-2 yang hingga kini telah membunuh lebih dari 300 ribu orang di seluruh dunia.
Selain menunggu kehadiran vaksin atau antivirus, wacana new normal muncul setelah berbagai sektor, khususnya perekonomian yang mulai tak mampu menahan dampak pandemi
Berdampingan dengan virus SARS-CoV-2 bukan tanpa aturan. Masyarakat bisa kembali normal berkatifitas dengan mematuhi sejumlah hal yang belaku selama pandemi, misalnya jaga jarak sosial, menggunakan masker, membersihkan tangan dengan sabun di air mengalir atau hand sanitizer, hingga menerapkan pola hidup bersih.
Selain lewat imbauan langsung, sejumlah aplikasi telah dibuat oleh pemerintah untuk mencegah penularan Covid-19 ketika beraktifitas. Berikut aplikasi yang telah dibuat pemerintah:
1. Indonesia – PeduliLindungiPemerintah membuat aplikasi PeduliLindungi untuk membantu pemerintah terkait dalam melakukan pelacakan untuk menghentikan penyebaran Covid-19.
Aplikasi buatan Kemkominfo itu mengandalkan partisipasi masyarakat untuk saling membagikan data lokasinya saat bepergian agar penelusuran riwayat kontak dengan penderita Covid-19 dapat dilakukan.
Nantinya, pengguna aplikasi akan mendapatkan notifikasi jika berada di keramaian atau berada di zona merah, yaitu area atau kelurahan yang sudah terdata bahwa ada orang yang terinfeksi Covid-19 positif atau ada Pasien Dalam Pengawasan (PDP).
PeduliLindungi menggunakan data yang diproduksi oleh gadget penggunanya dengan bluetooth aktif untuk merekam informasi yang dibutuhkan. Ketika ada gadget lain dalam radius bluetooth yang juga terdaftar di PeduliLindungi maka akan terjadi pertukaran id anonim yang akan direkam oleh gadget masing-masing.
2. Indonesia – 10 Rumah AmanAplikasi 10 Rumah Aman merupakan sebuah aplikasi hasil kolaborasi KSP dan Kemkominfo. Aplikasi itu dirancang berbasis komunitas agar bisa digunakan masyarakat dan pemerintah dalam menghadapi wabah Covid-19.
10 Rumah Aman diklaim berbasis teknologi Artificial Intelligence (AI) yang mampu menghubungkan data berbasis peta dan lingkungan sekitar melalui perangkat telepon seluler dan terhubung dengan platform media sosial.
Berbeda dengan PeduliLindungi bisa mendeteksi pasien positif korona, ODP, dan PDP disekitar penggunanya, aplikasi 10 Rumah Aman lebih ke arah edukasi sebagai tindak pencegahan.
Meski demikian, aplikasi itu menyediakan informasi mengenai peta khusus yang akan menggambarkan kondisi suhu tubuh orang-orang di sekitar penggunanya. Terdapat beberapa indikator warna yang terpampang pada peta yaitu biru (suhu tubuh normal), kuning (suhu tubuh di atas normal), oranye (isolasi mandiri), dan merah (positif korona).
3. China – Close Contact DetectorChina sebagai negara pertama wabah Covid-19 telah lebih awal membuat aplikasi untuk menjaga jarak selama pandemi.
Melansir SCMP, aplikasi yang bernama close contact detector itu menggunakan big data tentang pergerakan orang dan catatan dari otoritas publik untuk melihat apakah dalam dua minggu terakhir bekerja, hidup atau bepergian dengan seseorang yang dikonfirmasi atau diduga memiliki virus.
Platform itu memberi i khusus pada riwayat perjalanan transportasi umum, seperti kereta api dan pesawat terbang.
Pengguna aplikasi itu hanya perlu memindai QR Code pada aplikasi WeChat, Alipay, atau QQ. Kemudian mengisi data diri seperti nama, nomor ponsel, dan nomor identitas agar dapat menerima informasi.
4. Selandia Baru – Digital DairyBaru-baru ini pemerintah Selandia Baru meluncurkan aplikasi bernama ‘Digital Dairy’ untuk melacak pergerakan warganya. Aplikasi itu dilakukan karena Selandia Baru memperlakukan kebijakan lockdown.
Aplikasi itu diklaim membantu orang untuk merekam gerakan pribadi mereka. Jika suatu hari dinyatakan positif Covid-19, aplikasi itu akan membantu mengetahui di mana saja berada.
Kementerian Kesehatan Selandia Baru menjalin kerjasama dengan Komite Privasi dan pakar keamanan independen untuk mengembangkan aplikasi tersebut.
Sehingga setiap informasi yang diputuskan untuk direkam oleh aplikasi akan disimpan dengan aman di ponsel dan dihapus secara otomatis setelah 31 hari, seperti dikutip News Hub.
5. Australia – COVIDSafePemerintah Australia meluncurkan aplikassi COVIDSafe agar masyarakat bisa mengetahui ketika berada dekat dengan orang yang terinfeksi Covid-19. Melansir CNN, aplikasi itu seperti PeduliLindingi menggunakan sinyal Bluetooth untuk melacak ketika orang dekat dengan pengguna aplikasi lain.
Aplikasi itu dikliam tidak memiliki kemampuan geologokasi untuk secara mendeteksi pergerakan pengguna aplikasi. Sejak diluncurkan, aplikasi COVIDSave telah diunduh lebih dari 5 juta warga Austrlia.
6. Singapura – TraceTogetherPemerintah Singapura diketahui meluncurkan aplikasi TraceTogether untuk memberi informasi kepada warganya ketika berada dekat dengan warga lain yang menderita Covid-19. Menggunakan Bluetooth, aplikasi itu akan memberi peringatan kapada penggunanya.
Sama seperti PeduliLindungi, aplikasi TraceTogether harus melibatkan peran serta masyarakat. Sebab, aplikassi hanya merespon pengguna ponsel yang gmengunduh aplikasi tersebut.
(jps/eks)