Pelonggaran pembatasan sosial berskala besar (PSBB) belum tentu dapat meningkatkan penjualan produk otomotif. (Foto: CNN Indonesia/Safir Makki)
LENSAPANDAWA.COM – Direktur Marketing Astra Daihatsu Motor (ADM) Amelia Tjandra menilai pelonggaran pembatasan sosial berskala besar (PSBB) belum tentu dapat meningkatkan penjualan produk otomotif.
Menurut Amelia, meski aktivitas niaga bakal lebih leluasa, namun belum tentu bisa mendongkrak penjualan sebab menurunnya daya beli masyarakat di tengah pandemi corona (Covid-19).
“Paling penting itu demand (permintaan) ada dan daya beli meningkat,” kata Direktur Marketing Astra Daihatsu Motor (ADM) Amelia Tjandra melalui wawancara virtual, Kamis (14/5).
Penjualan otomotif menyusut tajam sejak corona mulai terdeteksi di Indonesia atau awal Maret. Penjualan terlihat menyusut pada Maret dan April penurunan lebih tajam dari 60.447 unit (Maret 2020) menjadi 25 ribuan unit.
Wanita karib disapa Amel itu menjelaskan pelonggaran PSBB juga tak serta membuat produksi mobil meningkat. Setiap pabrikan, termasuk Daihatsu dikatakan akan menyesuaikan produksi dengan permintaan masyarakat untuk menjaga stok kendaraan.
“Kalau demand belum ada ya tidak bakal menyetok. Karena kami mau jualan dengan (stok) sehat. Kalau tidak memberatkan teman di outlet,” kata Amelia.
Marketing and CR Division Head Astra International Daihatsu Sales Operation (AI-DSO) Hendrayadi Lastiyoso mengatakan pihaknya sampai saat ini belum dapat menyikapi lebih jauh mengenai pelonggaran PSBB itu.
Menurut Hendrayadi wacana tersebut masih ‘abu-abu’ sehingga perusahaan belum dapat menentukan sikap, termasuk soal operasional dealer di sejumlah wilayah.
Dealer Daihatsu diketahui tutup terutama di wilayah penerapan PSBB. Kegiatan bisnis lebih diarahkan secara online dan perawatan kendaraan melalui layanan home service,
“Jadi berhubung pelonggaran belom tau kapan dan detailnya, maka kami belum nyusun bagaimananya. Tapi kami sudah dengar soal itu (pelonggaran PSBB), meski belum tau bagaimana. Jadi tunggu dulu kelonggaran itu skenarionya bagaimana,” kata Hendrayadi.
Sementara itu, Direktur Marketing Toyota-Astra Motor (TAM) Anton Jimmi mengatakan hal senada. Bagi Anton pelonggaran PSBB bukan kunci utama meraup ‘cuan’ lebih banyak di tengah paceklik penjualan mobil efek corona.
“Jadi ya dilihat juga faktor ekonomi, terus situasi kreditnya juga. Jadi situasi itu sangat dinamis,” kata Anton.
Anton menambahkan pihaknya juga masih menunggu aturan detail tentang kelonggaran PSBB itu.
Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Doni Monardo memaparkan, PSBB yang kini diterapkan di 72 kota/kabupaten dari empat provinsi itu bakal dilonggarkan dengan empat kriteria, yakni prakondisi, waktu, prioritas, dan koordinasi pusat dengan daerah.
Kata dia, empat kriteria itu nanti bakal menjadi bahan pertimbangan bagi pemerintah sebelum PSBB bisa dilonggarkan di sejumlah wilayah.
“Presiden instruksikan ke gugus tugas untuk siapkan simulasi agar ketika kita ambil langkah pelonggaran tahapannya jelas. Ada empat kriteria itu,” ujar Doni dalam jumpa pers, Selasa (12/5).
Wacana pelonggaran PSBB guna mencegah laju kenaikan jumlah kasus Covid-19 kali pertama diumumkan Menko Polhukam, Mahfud MD. Ia beralasan, pelonggaran PSBB agar masyarakat tak terkekang dan kesulitan mencari nafkah akibat PSBB. (ryh/mik)