Gempa bumi mengguncang Lombok pada 17 Maret 2019. (Foto: ANTARA FOTO/Handout/BPBD NTB)
LENSAPANDAWA.COM – Badan Informasi Geospasial (BIG) menjelaskan rentetan gempa bumi di Indonesia merupakan gempa pendahuluan (foreshock) dari gempa besar belum dibuktikan secara akademik.
“Memang beberapa gempa besar yang tercatat pernah terjadi diawali dengan gempa-gempa beruntun sebelumnya. Namun secara akademik belum dapat dipastikan bahwa gempa beruntun di suatu tempat selalu akan diikuti oleh terjadinya gempa besar di wilayah tersebut,” kata Peneliti Geografi dan Tata Ruang BIG, Yosef Prihanto kepada CNNIndonesia.com, Selasa (13/8).
Yosef menjelaskan gempa adalah sebuah bencana alam yang paling sulit diprediksi. Karakteristik gempa bumi berbeda dari bencana alam lain seperti banjir, tanah longsor, dan meletusnya gunung berapi.
“Berbagai metode telah dikembangkan dan terus dikembangkan untuk memprediksi gempa, namun sampai saat ini akurasinya masih belum sesuai harapan,” katanya.
Yosef menjelaskan rentetan gempa yang terjadi seharusnya membuat masyarakat tidak panik. Masyarakat seharusnya bisa meningkatkan kewaspadaan dengan melakukan upaya-upaya pencegahan atau mitigasi bencana.
“Kesiapsiagaan ini yang perlu ditingkatkan di masyarakat. Bukan ketakutan yang berlebihan. Masyarakat harus tahu apa yang harus dilakukan dan ke mana harus menyelamatkan diri ketika kejadian gempa itu terjadi,” ujarnya
Yosef juga menjelaskan negara Indonesia merupakan negara yang menyimpan banyak potensi bencana. Oleh karena itu, ia mengatakan masyarakat harus siap melakukan langkah-langkah mitigasi bencana.
“Hasil riset saya menunjukkan bahwa kepedulian masyarakat kita terhadap kegiatan yang menjadi upaya tanggap bencana masih cenderung rendah. Ketika seseorang atau anggota keluarganya belum pernah terpapar bencana atau menjadi korban bencana, maka yang bersangkutan cenderung menjadi tidak peduli atau abai,” ujar Yosef.