Kelong apung, alat tangkap ikan yang digunakan nelayan tradisional di Bintan tidak beroperasi sejak musim angi utara. ANTARA/Nikolas Panama
LENSAPANDAWA.COM – Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Kota Tanjungpinang mengimbau nelayan tradisional mewaspadai musim angin utara yang menyebabkan gelombang laut mencapai 7 meter di sejumlah perairan di Provinsi Kepulauan Riau.
Prakirawan BMKG Tanjungpinang, Bhakti Wira Kusuma, di Tanjungpinang, Minggu, mengatakan, gelombang laut setinggi 4-7 meter terjadi di utara perairan Natuna dan Kepulauan Anambas.
"Dalam beberapa hari terakhir sudah memasuki musim angin utara. Gelombang laut sangat tinggi, disertai hujan dengan intensitas tinggi dan angin kencang pula," katanya.
Bhakti mengimbau nelayan yang menggunakan perahu atau kapal kecil sebaiknya tidak melaut. Nelayan juga harus mewaspadai hujan lebat yang disertai angin kencang.
"Nelayan juga harus menghindari kawasan yang ada awan gelap yang berlapis-lapis. Awan gelap yang dikenal dengan cumulonimbus itu dapat menyebabkan gelombang tinggi, angin puting beliung dan petir," ujarnya.
Warga di pesisir juga harus mewaspadai angin puting beliung. Angin puting beliung tidak terpantau Satelit Himawari, namun potensial terjadi saat ada awan hitam yang berlapis.
"Sejauh ini kami belum mendapatkan informasi ada angin puting beliung," katanya.
Bhakti mengatakan kondisi gelombang tinggi juga terjadi di sebelah timur Perairan Bintan, dan Kabupaten Lingga. Nelayan Bintan dan Lingga harus mewaspadai gelombang laut setinggi 3-4 meter.
"Saat ada awan cumulonimbus, gelombang laut dapat lebih tinggi dari 4 meter, angin kencang dan hujan lebat," ucapnya.
Demikian berita ini dikutip dari ANTARANEWS.COM untuk dapat kami sampaikan kepada pembaca sekalian.