BMKG Jelaskan Faktor Langit Biru Jakarta Imbas PSBB Corona

0
368
BMKG Jelaskan Faktor Langit Biru Jakarta Imbas PSBB CoronaLangit biru Jakarta (CNN Indonesia/Bisma Septalisma)

LENSAPANDAWA.COM – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengatakan kebijakan physical distancing (jarak fisik) mampu menekan angka polusi udara di Jakarta.

Pembatasan jarak fisik ini termasuk pembatasan aktivitas masyarakat di luar rumah demi menekan penyebaran Covid-19.

Sebelumnya, warganet di Twitter membagikan foto-foto langit Jakarta yang membiru imbas penerapan bekerjadan belajar di rumah. Foto-foto keindahan langit Jakarta pun masuk ke jajaran trending topic dengan kata kunci ‘Langit Jakarta’.


“Kami mendapati bahwa konsentrasi polutan baik debu yang beterbangan (SPM/ suspended particulate matter) maupun debu polutan ukuran <10 mikron (PM 10) pada pekan ini, selepas tanggal 26 Maret relatif menurun dibanding pekan sebelumnya," kata Kepala Sub Bidang Produksi Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG, Siswanto saat dihubungi CNNIndonesia.com, Rabu (8/4).

Penurunan polusi udara ini sebelumnya diramaikan oleh warganet di warganet yang memamerkan foto-foto langit biru Jakarta saat  Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) resmi diberlakukan pada Selasa (7/4).

Siswanto mengakui udara Jakarta lebih bersih karena program phsysical distancing. Ia mengatakan berkurangnya polusi udara bisa meningkatkan tingkat kecerahan atmosfer, sehingga matahari bisa  meneruskan sinar Ultra Violet (UV) yang berguna untuk menekan penyebaran virus corona.

“Berkurangnya polusi udara itu juga meningkatkan tingkat kejernihan atmosfer sehingga sinar datang matahari lebih  banyak meneruskan irradians sinar UV yang kata beberapa ahli dapat berpengaruh pada mampu membatasi penggandaan virus corona,” kata Siswanto.

Siswanto menjelaskan penurunan konsentrasi PM 10 di minggu kedua pemberlakukan physical distancing lebih besar dibandingkan pekan pertama. Rata-rata konsentrasi PM 10 pada pekan kedua menurun sekitar 2 mikron.

“Rata-rata konsentrasi di pekan I (16 – 25 Maret 2020) sebesar 38.9 mikrogram per meter kubik, sedangkan di pekan kedua (26 Maret – 4 April 2020) konsentrasi 36.8 mikrogram per meter kubik. Terdapat selisih penurunan sekitar 2 mikron,” tuturnya. (jnp/eks)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here