FOTO DOKUMENTASI — Anak-anak bermain di depan rumahnya yang terendam banjir di Desa Blang Luah, Kecamatan Woyla Timur, Aceh Barat, Aceh, Kamis (24/10/2019). (FOTO ANTARA/Syifa Yulinnas)
LENSAPANDAWA.COM – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Geofisika Aceh Besar menyatakan hasil riset peneliti Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) tentang potensi terjadinya kenaikan air laut akibat perubahan iklim di Banda Aceh tidak tertutup kemungkinan bisa terjadi.
"Bukan meramal, tetapi semua kajian berdasarkan kejadian-kejadian yang kemudian dilakukan penelitian. Ini yang kita sebutkan potensi. Dan potensi itu kan tidak berarti harus terjadi hari ini," kata Kepala BMKG Stasiun Geofisika Aceh Besar, Djati Cipto Kuncoro di Banda Aceh, Kamis.
Hasil penelitian dari Tsunami and Disaster Mitigation Research Center (TDMRC) Unsyiah menyebutkan wilayah Kota Banda Aceh akan mengalami kenaikan air laut akibat perubahan iklim, yang diprediksi terjadi pada 50 tahun mendatang, dengan cakupan genangan tiga persen dari total luas Banda Aceh.
Riset itu berjudul "Strategi Mitigasi Bencana Tsunami dan Banjir Rob yang Diperparah oleh Kenaikan Muka Air Laut Akibat Perubahan Iklim".
Penelitian itu telah dilakukan Unsyiah sejak 2016 hingga selesai pada 2019.
Djati Cipto Kuncoro mengatakan masyarakat mulai teredukasi dengan kejadian gempa dan tsunami yang melanda Aceh pada 2004 silam, apalagi Aceh juga mengalami gempa-gempa kecil usai peristiwa bencana besar tersebut.
Bahkan gempa dan tsunami 15 tahun silam itu bukan yang pertama terjadi di Tanah Rencong ini.
Ia menegaskan lagi bahwa prediksi peneliti Unsyiah itu bisa saja terjadi.
BMKG juga telah mengeluarkan katalog kejadian gempa beberapa tahun lalu, bahkan melakukan kajian yang merujuk dari gempa dan tsunami 2004, serta juga menghitung potensi bencana masa akan datang.
Menurut dia, penelitian yang dilakukan peneliti Unsyiah tersebut memang tidak ada yang bisa memastikan, dalam artian bahwa hal itu merupakan tahapan studi yang memang harus disampaikan kepada masyarakat sehingga tujuannya masyarakat selalu waspada.
"Dalam artian memang dari hasil peneltian itu kita berpotensi akan terjadi tsunami, maka warga sekitar sudah harus waspada dalam antisipasi bangunan seperti apa," katanya.
Ia mengimbau masyarakat pesisir untuk tetap siaga dan waspada, berkaca dari kejadian gempa dan tsunami 2004 silam sedangkan BMKG dan instansi terkait terus memberi edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat dalam mitigasi bencana.
"Harapan masyarakat kita tetap siaga dan wasapda, dan perhatikan imbauan oleh instansi terkait, pemda, BPBD dan juga BMKG," demikian Djati Cipto Kuncoro.
Demikian berita ini dikutip dari ANTARANEWS.COM untuk dapat kami sampaikan kepada pembaca sekalian.