Kepala Pusat Layanan Teknologi (Pusyantek) Pusyantek Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Yenny Bakhtiar (kiri) berbicara dalam konferensi pers terkait Bussiness Gathering 2019 di Gedung BPPT, Jakarta, Rabu (14/8). (ANTARA News/Martha Herlinawati Simanjuntak)
LENSAPANDAWA.COM – Direktur Teknologi Elektronika Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Yudi Purwantoro mengatakan pengembangan Sistem Identifikasi Otomatis atau Automatic Identification System (AIS) untuk kapal saat ini masih menunggu sertifikat dari Kementerian Perhubungan (Kemhub) untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
"Sekarang sedang menunggu keluarnya sertifikat dari Kementerian Perhubungan. Mudah-mudahan bisa punya potensi pasar yang luar biasa besar," kata Yudi kepada wartawan di Jakarta, Rabu (14/8).
Yudi mengatakan pengembangan AIS diperlukan untuk sistem navigasi kapal laut sehingga menghindari kecelakaan antar kapal di perairan.
Dengan terbitnya Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 7 Tahun 2019 tentang Pengaktifan Sistem Identifikasi Otomatis atau Automatic Identification System, maka seluruh kapal di atas 35 GT wajib menggunakan AIS.
"Kapal nelayan apalagi yang tradisional itu hampir semuanya tidak menggunakan AIS, itu menjadi sorotan International Maritime Organization (Organisasi Maritim Internasional) tentang keselamatan kapal karena banyak kapal-kapal di jalur internasional yang kapal besar melintasi selat yang sempit di indonesia yaitu Sunda dan Lombok tapi di sana banyak kapal-kapal kecil yang tanpa identitas sehingga mereka potensi ditabrak itu tinggi sekali," ujarnya.
Dengan kondisi tersebut, maka pemanfaatan AIS BPPT akan dapat mengisi pasar dalam negeri dan memperkuat daya saing bangsa.
"Kami menjanjikan harga yang sangat kompetitif bahkan dengan produk dari China sekalipun. Karena ini akan diproduksi dari industri dalam negeri," tuturnya.
Demikian berita ini dikutip dari ANTARANEWS.COM untuk dapat kami sampaikan kepada pembaca sekalian.