Ilustrasi (ANTARA FOTO/Zabur Karuru)
LENSAPANDAWA.COM – Kementerian Agama (Kemenag) akan menggelar Sidang Isbat hari ini (23/4) untuk menentukan awal bulan Ramadan secara daring, akibat pandemi virus corona SARS-Cov-2.
Metode penentuan hilal (posisi bulan sabit baru) dilakukan dengan dua cara, yaitu rukyat dan hisab.
Rukyat adalah aktivitas mengamati visibilitas hilal dengan mata telanjang atau alat bantu optik seperti teleskop. Rukyat dilakukan setelah Matahari terbenam.
Hilal hanya tampak setelah Matahari terbenam (maghrib), sebab intensitas cahaya hilal sangat redup dibanding cahaya Matahari, serta ukurannya sangat tipis.
Sementara hisab adalah metode perhitungan hilal secara matematis dan astronomis.
“Pada dasarnya kita mengamati (rukyat) berbasis perhitungan (hisab). Cara me-rukyat dengan cara memakai alat bantu optis yang dalam hal ini dapat berupa binokuler atau teleskop,” ” kata Peneliti Astronomi Senior Planetarium Jakarta, Widya Sawitar saat dihubungi CNNIndonesia.com, Kamis (23/4).
“Teknologi ikutan terkait teleskop ini semakin maju, perekaman citra (seperti kamera) juga semakin membantu. Jadi, semua itu dapat membantu tatkala kita melakukan rukyatul hilal,” sambungnya.
Hisab
Menurut musyawarah Majelis Agama Islam Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS) hari ini dianggap hari rukyat.
Jika ditilik dari sisi astronomis (hisab), perhitungan Tim Planetarium Jakarta menunjukkan bahwa Matahari terbenam pukul 17:48:55, 28 WIB jika diamati dari kawasan Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta Utara.
Artinya, saat Matahari terbenam sudah melewati waktu ijtimak yang terjadi pukul 09:26:53 WIB.
Ijtimak sendiri diartikan bertemunya posisi Bulan dan Matahari dalam satu garis edar, yang memunculkan Bulan baru dalam penanggalan Hijriah.
Bulan baru juga bisa disebut sebagai Anak Bulan (sebutan lain dari hilal). Berdasarkan analisis perhitungan astronomis itu, Anak Bulan kemungkinan besar dapat diobservasi dan usinya 8 jam 22 menit 3 detik.
Kemudian, ia akan terbenam pukul 18:06:47,97 WIB. Planetarium Jakarta pun memprediksikan bahwa ada kesempatan sekitar 17 menit untuk mengamati hilal sebelum akhirnya terbenam di ufuk.
“Sains dalam hal ini astronomi lebih pada penentuan New Moon, artinya apakah tahap ijtima (konjungsi) di mana dapat disebut tahap untuk menentukan apakah proses dari tahap Bulan Mati (ijtima) ke arah Bulan Baru (New Moon) sudah terjadi atau belum. Kalau sudah artinya positif. New Moon inilah astronom bekerja,” jelas Widya.
Berdasarkan metode hisab (perhitungan astronomi), maka akan dihasilkan:
1. Tinggi hilal sampai 3,88 derajat.2. Jarak busur Bulan dari Matahari yaitu 4,56 derajat.3. Umur hilal 8 jam 25 menit 5 detik.4. Fraksi illmunisasi hilal yaitu 0,24 persen.Rukyat
Meski hilal dapat diamati melalui metode hisab, tetapi di Tanah Air penentuan awal Ramadan juga ditentukan melalui metode rukyat.
Seperti yang disebutkan sebelumnya, rukyat adalah aktivitas mengamati visibilitas hilal dengan mata telanjang atau alat bantu optik seperti teleskop. Rukyat dilakukan setelah Matahari terbenam.
Khusus di Indonesia, ada 82 titik pengamatan hilal dan titik rukyat utama di Pos Observasi Bulan (POB) Pelabuhan Ratu, Sukabumi, Jawa Barat.
Proses New Moon tadi kata Widya nantinya akan ditinjau kembali, apakah dapat di-rukyat atau tidak. Jika iya, maka diputuskan untuk menjadi New Month ( 1 Syawal 1441 H).
“Di Indonesia, diakui prayarat ini (New Moon menjadi New Month) dan ini yang kadang membuat terjadinya perbedaan lalu ada ranahnya religi (syarii). Dan ini yang kadang membuat terjadinya perbedaan, namun ini juga sudah diakomodir oleh pemerintah, jadi tidak masalah,” pungkas Widya. (din/eks)