Ilustrasi. China waspada gelombang dua wabah corona sehingga mereka menerapkan sejumlah cara untuk menghindari hal itu. (AP Photo/Mark Schiefelbein)
LENSAPANDAWA.COM – China mengumumkan telah mencabut kebijakan lockdown terhadap Kota Wuhan, Hubei, China, setelah 76 hari diberlakukan. Namun, sejumlah pihak khawatir dengan gelombang kedua Covid-19 akibat infeksi virus corona SARS-CoV-2 pasca kebijakan itu dicabut. Karantina Kota Wuhan telah mengurung jutaan warga. Pemerintah melakukan hal itu mengingat Wuhan merupakan kota yang menjadi pusat penyebaran Covid-19. Ribuan orang di kota itu tewas akibat terinfeksi Covid-19. Meski lockdown dicabut, China melakukan sejumlah langkah untuk mencegah infeksi baru Covid-19. Hingga saat ini, China masih membatasi pergerakan penduduk Wuhan. Sebab, lebih dari 1.000 orang di kawasan itu masih positif Covid-19 dan dirawat di rumah sakit. Seorang warga Wuhan, Zhu Yi mengaku pencabutan kebijakan lockdown adalah hal yang menggembirakan. Akan tetapi, dia mengatakan pemerintah China masih akan terus menggunakan langkah-langkah kewaspadaan untuk melacak dan menghentikan penularan dari kasus corona yang tersisa.
“Ketika kami tiba di sini, tidak ada yang memiliki perlindungan dan semua orang keluar seperti biasa. Orang-orang tidak menyadari betapa seriusnya virus ini. Aku bahkan mengambil bagian dalam pertemuan keluarga dengan lebih dari 50 orang,” ujar Zhu.
Saat kebijakan lockdown diangkat, China berencana mengaktifkan pabrik terlebih dulu. Sementara sektor jasa akan menjadi pertimbangan selanjutnya. 1. Keluar rumah tetap ketat
Di Wuhan, Zhu berkata pihak berwenang membatasi warga melakukan rekreasi dalam beberapa pekan terakhir. Orang yang pergi keluar dan berbelanja di supermarket merupakan langkah-langkah sosial yang ketat diberlakukan. 2. Tak boleh keluar kota
Selain itu, pemerintah China juga tidak langsung memberikan izin bagi warga Wuhan ke luar kota setelah lockdown dicabut. Orang-orang yang ingin melakukan perjalanan ke ibukota Cina memerlukan persetujuan dari pemerintah kabupaten setempat di Beijing sebelum mereka dapat membeli tiket.
3. Keluar kota, dikarantina berbulan-bulan
Hampir semua orang yang meninggalkan Wuhan ke kota-kota lain juga akan menghadapi karantina 14 hari pada saat tiba. Sedangkan bagi mereka yang memiliki peringkat ‘merah’ atau ‘oranye’ mewakili tingkat risiko virus corona akan menghadapi pembatasan yang lebih lama, bahkan bisa berbulan-bulan. Hingga Senin (6/4), Komisi Kesehatan Nasional China melaporkan masih ada 574 kasus terjadi di Wuhan. Selain itu, 772 orang dalam pengawasan medis karena dinyatakan positif namun tanpa gejala. “Karena orang-orang tanpa gejala ini juga membawa virus, mereka bisa menular, jadi kita harus berhati-hati dengan mereka,” kata spesialis penyakit menular Liu Zhengyin. “Ketika Wuhan secara bertahap mengangkat pembatasannya untuk banyak kegiatan, beberapa kasus sporadis dapat terjadi, tetapi orang tidak boleh panik,” ujarnya. 4. Karantina bagi pendatang dari luar negeri
China juga meningkatkan langkah-langkah untuk mencegah kasus-kasus Covid-19 diimpor kembali dari negara-negara lain yang terkena virus, karena wabah melambat di dalam negeri tetapi berjalan cepat di seluruh dunia, seperti dilaporkan CNN. Virus Covid-19 telah menyebar ke lebih dari 75 negara dan wilayah di seluruh dunia sejak muncul dari China akhir tahun lalu. Jumlah kasus harian baru yang dilaporkan di luar China kini jauh melebihi jumlah infeksi yang diumumkan setiap hari di negara itu. Beberapa kota dan provinsi, seperti Beijing, Shanghai, dan Guangdong telah mengumumkan karantina selama 14 hari untuk orang-orang yang datang dari luar negeri. Selain itu, mereka memperlakukan pembatasan ketat terhadap mereka yang datang dari negara-negara dengan wabah parah, seperti Italia, Iran, Korea Selatan, dan Jepang. Sejauh ini, China telah mengkonfirmasi 20 kasus corona impor. Sebagian besar kasus berasal dari orang Cina ekspatriat yang kembali ke kampung halaman mereka ketika wabah meluas di negara tempatnya berada. Beberapa pemerintah daerah di China juga telah mendesak orang Tionghoa perantauan untuk mempertimbangkan kembali rencana mudik mereka demi kesehatan dan keselamatan keluarga.
5. Aturan untuk perkantoran
Perusahaan di China diwajibkan untuk memberikan masker pada karyawan dan mengecek suhu tubuh secara berkala. Perusahaan juga diharuskan melapirkan kondisi kesehatan pekerja lewat sistem “One Person, One File”.
Pemerintah China juga mewajibkan kantor membuka jendela tiga kali sehari selama 30 menit. Mereka juga melarang penggunaan mesin pemindai sidik jari yang biasa digunakan untuk absensi. Pekerja juga dilarang duduk berhadapan saat makan siang.
6. Pabrik semi lockdown
Meski telah mendapat lampu hijau, namun pabrik-pabrik di China mesti berproduksi dengan kondisi semi-lockdown. Perusahaan di China juga memberlakukan pemantauan ketat untuk mencegah wabah gelombang dua ketika bisnis mereka kembali berjalan.
Para pekerja dilarang meninggalkan pabrik tanpa izin. Hal ini dilakukan untuk menjaga kurva penularan tetap datar setelah kebijakan pembatasan diangkat. Namun, hal ini memang menimbulkan kesulitan bagi pekerja yang tidak tinggal di wisma pabrik. (jps/eks)