Ilustrasi BTS. (Dok. XL Axiata)
LENSAPANDAWA.COM – Industri telekomunikasi mulai mengalami pertumbuhan pada paruh pertama 2019. Dua operator telekomunikasi mencatatkan kinerja positif pada semester I/2019.
PT Telekomunikasi Indonesia Tbk mencatatkan laba sebesar Rp11,078 triliun sepanjang semester I/2019. Jumlah ini meningkat 27,4 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya.
Setelah terpuruk dan mengalami pertumbuhan minus sebesar 6,4 persen pada 2018. Sementara itu, emiten berkode TLKM ini berhasil mencatatkan pendapatan Rp69,34 triliun atau naik 5,7 persen dibandingkan periode sama 2018 sebesar Rp64,36 triliun.
Semester ini Telkom membukukan kenaikan dari sisi bisnis digital. Pendapatan bisnis digital meningkat signifikan sebesar 22,6 persen Year-on-Year (YoY) menjadi Rp48,29 triliun dan menyumbang 68,6 persen dari total pendapatan semester I/2019.
Direktur Utama Telkom Ririek Adriansyah mengungkap peningkatan kinerja semester ini menjadi hal yang penting untuk sustainability perusahaan.
Dalam keterangan resminya, Ririek mengungkap optimis perseroan bisa memiliki kinerja yang baik.
Sementara itu, PT XL Axiata Tbk mencatat pendapatan tumbuh sebesar 11 persen dari Rp11,067 triliun menjadi Rp12,26 triliun.
Lonjakan pendapatan ini didorong peningkatan penetrasi smartphome sebesar 12 persen menjadi 86 persen pada akhir periode semester I/2019.
Kenaikan penetrasi diikuti kenaikan pelanggan smartphone sebesar 48,6 juta per di semester I/2019 meningkat 24 persen dari periode yang sama tahun lalu. Dari sisi pelanggan pun meningkat menjadi lebih 56,6 juta meningkat 7 persen YoY.
Presiden Direktur & CEO XL Axiata, Dian Siswarini, mengatakan akan fokus pada strategi untuk mendorong dan meningkatkan bisnis layanan data.
“Dengan semua pencapaian tersebut, kami memimpin secara industri, dan menempati posisi yang lebih kuat dibandingkan dengan operator lainnya dalam hal menghadapi dampak dari penurunan pendapatan layanan legacy (SMS dan voice),” papar Dian dalam keterangan resmi.
Bangkit dari Keterpurukan
Kinerja moncer operator semester ini didorong dari perbaikan kinerja 2018. Tahun lalu, pasca registrasi kartu prabayar hampir seluruh operator terpapar dampak ‘bersih-bersih’.
Namun, perlahan tapi pasti, para operator mulai menapaki kinerja positif. Pada 2018, untuk pertama kalinya dalam sejarah industri telekomunikasi Indonesia mengalami pertumbuhan minus 6,4 persen.
Penurunan ini disebabkan oleh beberapa faktor penting yakni penurunan layanan voice/SMS yang telah digantikan oleh layanan baru dari penyelenggara Over the Top (OTT), perang tarif antar operator di layanan data, dan juga adanya regulasi registrasi SIM Card.
Namun, saat itu industri masih optimis industri telekomunikasi di Indonesia masih memiliki peluang untuk tumbuh. Pemain di industri ini masih melihat potensi yang menjanjikan di pertumbuhan konsumsi layanan data, serta peningkatan penetrasi smartphone yang semakin besar, perbankan dan infrastruktur B2B.
Demikian berita ini dikutip dari CNNINDONESIA.COM untuk dapat kami sampaikan kepada pembaca sekalian.