Dokumen – Suasana pengungsian korban bencana di Desa Banjar Irigasi, Lebak, Banten, Kamis (9/1/2020). ANTARA FOTO/Muhammad Bagus Khoirunas
LENSAPANDAWA.COM – Kepala Plh Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Lebak, Banten Rahmat Yuniar mengatakan masyarakat yang terdampak bencana banjir bandang dan longsor di daerah itu belum ditemukan kerawanan pangan, walaupun seluas 890,5 hektare sawah rusak berat.
"Kami menjamin persedian pangan relatif aman dan mencukupi kebutuhan konsumsi masyarakat," kata Rahmat Yuniar saat dihubungi di Lebak, Kamis.
Masyarakat yang terdampak bencana banjir bandang dan longsor di enam kecamatan antara lain Kecamatan Lebak Gedong, Cipanas, Sajira, Maja, Curugbitung dan Cimarga hingga kini terpenuhi kebutuhan pangan.
Meski areal persawahan milik masyarakat di daerah itu mengalami kerusakan akibat diterjang banjir bandang dan longsor, tetapi tidak menimbulkan kerawanan pangan.
Berdasarkan data produksi beras hingga Desember 2019 sebanyak 571.602 ton gabah kering panen (GKP) dan 485.862 ton gabah kering giling (GKG).
Apabila, gabah tersebut diakumulasikan dalam bentuk beras sebanyak 267.224 ton dan konsumsi masyarakat Kabupaten Lebak 11.977 ton/bulan atau 143.724 ton/tahun dengan penduduk 1,2 juta jiwa.
Dari 267.224 ton setara beras itu maka dipastikan surplus 147.454 ton dan mencukupi selama 12 bulan ke depan.
"Kami yakin stok pangan tidak ada masalah dan mencukupi konsumsi kebutuhan masyarakat," ujarnya menjelaskan.
Ia juga mengatakan saat ini persediaan pangan untuk cadangan beras daerah sebanyak 20 ton dan dititipkan di Perum Bulog.
Persediaan cadangan pangan daerah itu di antaranya untuk menanggulangi kebencanaan yang terjadi di enam kecamatan tersebut.
Selain itu juga masyarakat yang dilanda bencana banjir bandang dan longsor memiliki ketersediaan lumbung pangan hasil panen padi sawah maupun padi huma.
"Lumbung pangan juga dapat membantu ketersediaan pangan masyarakat," katanya.
Ia mengapresiasi sejumlah petani Kabupaten Lebak yang saat ini tengah melaksanakan gerakan tanam serentak guna mendukung swasembada pangan.
Petani yang melaksanakan gerakan tanam hampir di 28 kecamatan sehubungan curah hujan cenderung meningkat.
Gerakan percepatan tanam serentak itu bisa dipanen Maret 2020 karena benih yang ditanam bersertifikat unggul dengan masa panen antara 110-120 hari setelah tanam.
"Kami terus menjalin kerja sama dengan kelompok tani sebagai penyumbang produksi pangan itu," katanya.
Demikian berita ini dikutip dari ANTARANEWS.COM untuk dapat kami sampaikan kepada pembaca sekalian.