Ilustrasi bintang’menari’. (Foto: Pixabay/WikiImages)
LENSAPANDAWA.COM – Para ahli astronomi berhasil mengamati sebuah bintang yang mengorbit lubang hitam supermasif di pusat galaksi Bima Sakti. Dalam aktivitas perdananya itu, para astronom menemukan bintang ‘menari’ mengikuti irama prediksi teori relativitas umum Albert Einstein.
Dalam studi yang dipublikasikan di jurnal Astronomi & Astrofisika, para astronom melakukan pengamatan bintang dengan menggunakan teleskop terbesar di dunia di Gurun Atacama, Chili.
Pada pengamatan itu, astronom mengaku melihat bahwa orbit bintang itu bergerak melakukan perjalanan dengan pola seperti elips.
“Relativitas umum Einstein memprediksikan bahwa orbit yang terikat dari satu objek di sekitar yang lain tidak tertutup, seperti pada gravitasi Newton, tetapi maju ke depan dalam bidang gerak,” kata Reinhard Genzel, direktur di Institut Max Planck untuk Fisika Extraterrestrial di Garching, Jerman, melansir CNN, Jumat (17/4).
Genzel berkata efek roset pertama kali terlihat di orbit planet Merkurius di sekitar Matahari, Temuan itu menjadi bukti pertama yang mendukung relativitas umum.
“Seratus tahun kemudian kami telah mendeteksi efek yang sama dalam gerakan bintang yang mengorbit sumber radio kompak Sagittarius A* di pusat Bima Sakti. Terobosan pengamatan ini memperkuat bukti bahwa Sagitarius A* harus menjadi lubang hitam supermasif dari 4 juta kali massa matahari,” ujar Genzel.
Sagitarius A* adalah lubang hitam supermasif di pusat galaksi. Jaraknya 26.000 tahun cahaya dari matahari. Tata surya Bumi ada di tepi salah satu lengan spiral besar Bimasakti.
Bintang padat dapat ditemukan di sekitar lubang hitam. Salah satunya, bintang yang dikenal sebagai S2 dalam pengamatan tersebut melewati paling dekat dengan lubang hitam dalam waktu kurang dari 20 miliar kilometer.
S2 merupakan salah satu bintang terdekat yang ditemukan mengorbit di lubang hitam. Ketika mendekati lubang hitam, bintang itu bergerak dengan kecepatan cahaya 3 persen. Butuh 16 tahun Bumi bagi S2 untuk menyelesaikan orbit di sekitar lubang hitam.
“Setelah mengikuti bintang di orbitnya selama lebih dari dua setengah dekade, pengukuran indah kami dengan kuat mendeteksi presesi S2 Schwarzschild di jalurnya di sekitar Sagittarius A*,” kata Stefan Gillessen, yang memimpin analisis pengukuran di Institut Max Planck untuk Fisika Extraterrestrial.
Orbit biasanya bukan lingkaran yang sempurna. Sebaliknya, objek bergerak lebih dekat atau lebih jauh selama rotasi. Pendekatan S2 terdekat dari lubang hitam berubah setiap kali, yang membantu menciptakan bentuk roset dan teori relativitas umum memprediksi seberapa banyak perubahan orbit tersebut.
Melansir CNET, peneliti telah mengamati pergerakan S2 selama 27 tahun menggunakan ESO Very Large Telescope. Orbit S2 membawanya mendekati lubang hitam supermasif Bima Sakti dan orbit ini memberikan pengaturan eksperimental yang alami bagi para astronom untuk menguji teori relativitas umum Einstein.
Teori itu menentukan bagaimana ruang, waktu, dan gravitasi berinteraksi dan mengatakan benda besar dan padat seperti lubang hitam dapat membelokkan ruang di sekitar mereka. Ketika para ilmuwan mencari gambar lubang hitam pada 2019, prediksi Einstein tentang apa yang mereka lihat benar adanya.
Dalam pengamatan S2 mengayun di Sagittarius A* setiap 16 tahun sekali dan lubang hitam yang berjarak sekitar 12,5 miliar mil (20 miliar kilometer), sekitar empat kali jarak Pluto dari matahari.
Bahkan pada jarak itu, gravitasi besar dari lubang hitam supermasif membuat S2 berputar ke belakang berkali-kali. Secara total, tim peneliti menangkap 330 pengukuran posisi dan kecepatan bintang. (jps/mik)