Laboratorium genom Eijkman. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
LENSAPANDAWA.COM – Lembaga Biologi Molekuler Eijkman mengklaim belum terlibat dalam proses deteksi virus corona atau Covid-19 di Indonesia. Wakil Kepala LPM Eijkman Herawati Sudoyo berharap ada kolaborasi dengan seluruh pihak terkait untuk mendeteksi virus tersebut. ”Semua itu sebenarnya sudah bisa memberikan indikasi terhadap apa yang terjadi. Yang kami inginkan adalah kolaborasi, kolaborasi, kolaborasi,” ujar Herawati di Gedung LBM Eijkman, Jakarta, Rabu (12/2). Herawati menuturkan LBM Eijkman memiliki kemampuan dan pengalaman untuk mendeteksi virus corona, termasuk COVID-19. Bahkan, dia berkata pihaknya sudah membahas kemungkinan terlibat untuk mendeteksi Covid-19 di Indonesia sebulan setelah merebak di Kota Wuhan, Hubei, China. Dia berkata Eijkam memiliki platform pan-CoV untuk mendeteksi Covid-19 di Indonesia. Setelah itu, dia berkata Eijkamn memiliki Pusat Genom Nasional untuk keperluan sequence. ”Itu yang rutin kami lakukan,” ujarnya.
Lebih lanjut, Herawati menegaskan pihaknya dapat mendeteksi Covid-19 dalam waktu 5 jam. Hal itu sekaligus mengklarifikasi pernyataan Ketua LBM Eijkman Amin Soebandrio bahwa deteksi C-19 memakan waktu lebih dari dua hari karena melalui dua langkah deteksi. ”Covid-19 itu memang yang terakhir didesain khusus. Sehingga kita tidak memerlukan dua step lagi tadi yang oke memang kita butuh dua hari, kita itu bisa langsung dalam waktu 5 jam,” ujar Herawati. ”Itu yang kita disalah artikan bahwa Indonesia tidak memiliki test tersebut. Tapi kemampuan itu ada,” ujarnya. Di sisi lain, Herawati mengklaim kolaborasi akan membuat Indonesia tangguh dalam mengantisipasi Covid-19. Selain itu, kolaborasi akan membuat segala informasi didasarkan atas hasil ilmiah.
[Gambas:Video CNN] Sebab, dia mendengar ada kemungkinan Covid-19 berubah positif menjangkit manusia meski dalam tes sebelumnya dinyatakan negatif. ”Hal-hal seperti itu seandainya memang kita semua bersatu dalam melakukan deteksi, pasti ketahuan. Jadi saya kira kalau ditanya Indonesia mampu atau tidak? Indonesia mampu,” ujar Herawati. Herawati menambahkan tidak bisa berkomentar mengenai tidak adanya Covid-19 di Indonesia. Dia menyebut hal itu memerlukan berbagai parameter yang disusun secara sistematis. Meski hingga saat ini belum ada, Herawati mengingatkan virus corona sejatinya terdapat di Indonesia sebagaimana hasil penelitian Pusat Studi Satwa Primata IPB. Akan tetapi, studi itu masih dilakukan di Sulawesi. ”Dia belum cari di tempat-tempat lain. Sama seperti ini, yang kita periksa mungkin masih sedikit, terlalu sedikit untuk dapat mengambil kesimpulan. Negatif belum tentu negatif karena tidak dikonfirmasi laboratorium yang lain,” ujarnya.
Demikian berita ini dikutip dari CNNINDONESIA.COM untuk dapat kami sampaikan kepada pembaca sekalian.