Ilustrasi virus corona. (iStockphoto/BlackJack3D)
LENSAPANDAWA.COM – Lembaga Biologi Molekuler Eijkman mengklaim telah melaporkan hasil whole genome sequences (WGS) virus corona (Covid-19) SARS-CoV-2 kepada Platform data virus influenza Internasional (GISAID). Kepala LBM Eijkman Amin Soebandrio mengatakan WGS itu berasal dari virus SARS-CoV-2 yang sudah diisolasi dari pasien di Indonesia.
“Jadi kami melaporkan hasil whole F genome sequences, penelitian terhadap rangkaian genom dari virus corona yang sudah diisolasi dari pasien di Indonesia,” ujar Amin kepada CNNIndonesia.com, Senin (4/5).
Amin menyampaikan ada tiga hasil WGS yang dipublikasikan di GISAID. Seluruh WGS berasal dari tiga sampel berbeda.
Amin berkata tujuan WGS dari Indonesia ditujukan untuk dianalisis bersama oleh peneliti di dunia. Dia menyebut terdapat ribuan WGS SARS-CoV-2 dari seluruh dunia terdapat di GISAID.
Lebih lanjut, Amin mengaku belum dapat menyimpulkan karakteristik WGS dari pasien Indonesia. Namun, dia mengatakan analisis sudah dimulai sejak laporan itu dikirim ke GISAID.
“Jadi mereka masih menganalisis untuk membandingkan dengan yang lainnya,” ujarnya.
Di sisi lain, Amin mengutarakan WGS berasal dari pasien yang diisolasi pada bulan Maret 2020, termasuk pasien-pasien yang pertama kali diketahui terinfeksi. Dia berkata pasien dipilih yang viral load-nya tinggi.
“Sehingga mudah dilakukan sequences. Artinya tidak perlu menunggu,” ujar Amin.
Amin menambahkan LBM Eijkman akan kembali mengirim WGS ke GISAID. Dia menyebut pihaknya sudah memiliki empat calon lagi yang kemungkinan akan dikirim dalam waktu dekat.
“Mudah-mudahan sih bisa mewakili beberapa daerah. Sehingga kita bisa melihat penyebaran virus corona di Indonesia,” ujarnya.
Lebih dari itu, Amin berkata WGS digunakan untuk melihat kekerabatan virus yang ada di Indonesia. Artinya, dia berkata dari negara mana sebenarnya SARS-CoV-2 yang ditemukan di Indonesia, apakah benar dari Wuhan, Eropa, atau Amerika Serikat.
“Yang kedua, tentu di dalam negeri sendiri, kita dapat memperhatikan penyebarannya. Dari situ kita bisa mempelajari pola pergerakan virus itu sendiri, namanya molecular epidemiology,” ujar Amin.
(jps/DAL)