Facebook Buka Suara Usai Ramai Diboikot Perusahaan Besar

0
271
Facebook Buka Suara Usai Ramai Diboikot Perusahaan BesarIlustrasi Facebook. (AP Photo/Richard Drew)

LENSAPANDAWA.COM –

Wakil Presiden Facebook untuk Urusan Publik Nick Clegg buka suara soal aksi boikot iklan yang dilakukan sejumlah perusahaan karena mereka menilai Facebook gagal mengatasi konten hoaks dan ujaran kebencian.

Aksi boikot itu juga diiringi dengan sejumlah warganet di media sosial Twitter yang menggaungkan tagar #StopHateForProfit.

Perusahaan otomotif Honda merupakan salah satu penggerak tagar itu. Lewat akun Twitter resmi @HondaInclusion, mulai bulan Juli 2020, perusahaan akan menangguhkan iklan di Facebook dan Instagram.

“Bulan Juli, American Honda menangguhkan iklan di Facebook dan Instagram. Kami memilih untuk berdiri dengan orang-orang yang bersatu melawan kebencian dan rasisme,” cuit Honda pada 27 Juni lalu.

“Ini (kebencian dan rasisme) tidak selaras dengan nilai-nilai perusahaan kami yang didasarkan pada rasa hormat kepada manusia #StopHateForProfit,” lanjut Honda.

[Gambas:Twitter]

Menurut Clegg, Facebook tidak mendapat profit atau keuntungan apapun dari konten-konten yang berisi ujaran kebencian maupun informasi palsu yang beredar di platform mereka.

Malah sebaliknya, perusahaan sama sekali tidak menyukai konten-konten tersebut.

“Kami sama sekali tidak mendapat insentif untuk mentolerir ujaran kebencian. Kami tidak menyukainya, penggunaan kami tidak menyukainya, pengiklan pun tentu saja tidak menyukainya. Kami mendapat manfaat dari koneksi manusia yang positif, bukan kebencian,” kata Clegg saat diwawancarai jurnalis CNN, Brian Shelter.

Clegg menekankan usaha yang dilakukan Facebook untuk memerangi konten-konten negatif di platform. Menurut data internal, setiap bulan pihaknya menghapus lebih dari tiga juta unggahan ujaran kebencian bahkan 90 persen di antaranya langsung di takedown.

Selain itu, Clegg berdalih bahwa Facebook telah menerapkan fitur label peringatan untuk unggahan yang dianggap melanggar kebijakan perusahaan.

Meskipun usaha demi usaha sudah dilakukan, Clegg memastikan pihaknya akan terus melakukan pembaruan untuk menangkal konten berisi ujaran kebijakan maupun hoaks.

“Itu sebabnya kami perlu untuk meningkatkan, menerapkan kebijakan, dan menegakkannya sehingga orang-orang merasa aman dan pengguna setia Facebook terus merasakan pengalaman yang positif,” tegasnya.

“Kami akan menangani masalah ini dengan tanggung jawab yang jelas,” pungkas Clegg.

Setidaknya ada 12 perusahaan besar yang melakukan aksi boikot Facebook, beberapa diantaranya adalah Unilever, rumah produksi Pictures, Coca Cola, produsen perlengkapan outdoor The North Face, dan Honda.

Lalu ada Arc’teryx, Ben & Jerry’s, Dashlane, Eddie Bauer, Eileen Fisher, Patagonia, REI, Upwork dan Verizon. Terbaru yakni kedai kopi modern Starbucks memutuskan untuk menyetop sementara iklan di media sosial. Keputusan ini pukulan bagi Facebook, karena Starbucks merupakan pengiklan ke-6 terbesar pada 2019 lalu.

Starbucks menghabiskan sekitar US$94,8 juta untuk beriklan di Facebook pada tahun lalu.

Namun demikian, Starbucks tidak memberi sinyal secara resmi bahwa mereka bergabung dengan boikot iklan #StopHateForProfit. Namun, perusahaan bilang moratorium itu bertepatan dengan kampanye perusahaan menghentikan pidato kebencian.

“Kami menentang kebencian. Kami percaya lebih banyak yang harus dilakukan untuk menciptakan komunitas online yang ramah dan inklusif. Pemimpin bisnis dan pembuat kebijakan perlu bersatu untuk membuat perubahan nyata,” tulis Starbucks.

(din/DAL)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here