Kalung antivirus corona penangkal Covid-19 Kementan (ANTARA/Badan Litbang Pertanian)
LENSAPANDAWA.COM –
Kementerian Pertanian (Kementan) lewat Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) telah menciptakan kalung berbahan (kayu putih) yang disebut bisa menangkal virus corona.
Namun, sesungguhnya kalung eucaliptus ini belum teruji praklinis dan klinis untuk membunuh virus corona SARS-CoV-2 penyebab Covid-19.
Eucalyptus baru teruji mampu membunuh 100 persen virus influenza dan virus corona beta dan gamma. Penelitian sudah dilakukan sejak 10 tahun lalu.
Virus corona adalah virus yang menginfeksi binatang. Virus corona yang menginfeksi binatang ini terbagi menjadi empat sub-kelompok utama yang dikenal sebagai alfa, beta, gama, dan delta.
Selama ini, virus corona yang menular dari binatang ke manusia adalah corona tipe alfa dan beta. Sementara virus corona SARS-CoV-2 yang menyebabkan penyakit Covid-19 masuk dalam varian virus corona beta.
Sementara virus corona alfa tidak seganas virus corona beta. Faktanya, banyak orang di seluruh dunia yang terinfeksi dengan virus corona jenis ini.
Corona alfa hanya menyebabkan penyakit saluran pernapasan bagian atas ringan hingga sedang, seperti flu biasa. Virus Corona alfa pun biasanya hanya menginfeksi dalam waktu singkat.
CNNIndonesia.com merangkum beberapa fakta terkait kalung kayu putih atau eucaliptus yang dibuat oleh Kementerian Pertanian dan disebut bisa menjadi antivirus corona.
1. Ampun bunuh virus corona dalam 15-30 menit pemakaian.
Kementerian Pertanian. kalung buatan Kementan tersebut telah melewati hasil laboratorium di Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) dan teruji ampuh membunuh virus corona dalam 15-30 menit pemakaian.
Namun patut dicatat, pengujian eucalyptus telah dilakukan oleh Balai Besar Penelitian Veteriner (BB Litvet) terhadap kemampuan anti virus pada virus influenza dan virus corona model beta dan gamma. Tak spesifik terhadap virus SARS-CoV-2 penyebab penyakit Covid-19.
2. Digunakan dengan dihirup
Pengguna dapat menghirup setiap 2-3 jam sekali 5-15 menit. Dihirup dengan cara mendekatkan kalung ke hidung agar mampu menginaktivasi virus yang berada di rongga hidung.
“Aroma terapi yang dihasilkan mengandung bahan aktif 1,8-cineole yang akan merusak struktur Mpro (Main Protein) dari virus sehingga virus akan sulit bereplikasi dan akhirnya terus berkurang jumlahnya,” tutur Kepala Balitbangtan Fadjry Djufry.
3. Diklaim lebih efektif tangkal corona dibanding kalung buatan Jepang
Sebelumnya, kalung ‘Virus Shut Out’ juga sempat jadi perbincangan ketika dianggap bisa melindungi tubuh dari paparan virus corona. Fadjry membeberkan perbedaan kalung shut out dengan kalung eucalyptus buatan Kementan.
Ia menjelaskan kalung Kementan berbahan dasar kayu putih atau eucalyptus, sedangkan kalung buatan Jepang memilki kandungan klorin CaCI2 (Calcium Chlorida).
Produk shut out tidak dihirup seperti kalung eucalyptus. Sehingga tidak akan efektif apabila seseorang lebih banyak beraktivitas di luar rumah.
Sementara itu, untuk kalung eucalyptus diharapkan mampu menginaktivasi virus selama cara pakainya sesuai aturan, .
“Klorin dioksida merupakan iritan yang berat pada saluran napas & mata. Sangat berbahaya bila ditelan atau dihirup. Menghirup klorin dioksida dapat menyebabkan iritasi lapisan membran & saluran napas. Gejala bisa berupa batuk dan kesulitan bernapas,” kata Fadjry.
4. Tergolong terapi aroma
Produk kalung aromaterapi Balitbangtan diformulasikan berbasis minyak Eucalyptus sp. dan didesain dengan teknologi nano dalam bentuk serbuk dan dikemas dalam kantong berpori.
Dengan teknologi nano, ukuran partikel bahan aktif menjadi sangat kecil dan luas permukaannya menjadi sangat besar. Dengan demikian, luas bidang kontaknya menjadi sangat besar dan dapat menekan penggunaan bahan aktif.
“Kalung kita berisi serbuk eucalyptus dengan nano teknologi enkapsulasi berdasarkan hasil riset di Laboratorium dapat menghambat replikasi virus corona. Kalau kalung Jepang isinya klorin,” ujar Fadjry.
Produk ini mengeluarkan aroma secara lepas lambat (slow release) sehingga berfungsi sebagai aroma terapi selama jangka waktu tertentu.
Untuk mendapatkan efek aroma terapi yang optimal, penggunaannya dilakukan dengan cara menghirup aroma dari lubang-lubang kemasannya.
5. Didesain menjadi kalung agar mudah dibawa, harga Rp35 ribuan
Fadjry mengatakan sesungguhnya isi kalung itu sama dengan formula yang untuk inhaler. Namun terkadang orang suka lupa menyimpan inhaler karena ukurannya yang kecil.
Oleh karena itu dibentuk kalung agar orang mudah menggunakannya kapan dan di mana saja. Fadjry mengatakan inhaler berukuran kecil sehingga orang sering lupa meletakkan benda tersebut.
Fadjry menyatakan produk kalung kayu putih ini akan dijual sekitar Rp35 ribu dan siap diluncurkan pada Agustus.
6. Masuk kategori jamu
Fadjry menyatakan kedua produk hasil riset Balitbang Kementang telah mengantongi izin status jamu dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan (Badan POM).
Lebih lanjut, ia menyatakan status jamu yang didapatkan Balitbang tidak memiliki klaim menyembuhkan, melainkan hanya melegakan. Sebab, saat ini produk tersebut belum melewati pengujian lanjutan seperti uji praklinis dan uji klinis.
Katanya uji klinis membutuhkan setidaknya 1,5 tahun. Sementara, riset untuk roll on, inhaler, hingga kalung antivirus corona Kementan baru seumur 2-3 bulan.
7. Berkhasiat melegakan pernapasan
Khasiat yang ditawarkan produk eucalyptus Kementan sama dengan produk minyak kayu putih. Kayu putih bisa mengurangi gangguan saluran pernafasan karena punya kemampuan sebagai pelega saluran pernafasan, pengencer dahak, pereda nyeri, pencegah mual, anti inflamasi dan efek menenangkan.
Produk ini sempat diuji kepada pasien Covid-19 dan mereka merasa produk tersebut dapat mencegah infeksi, menjaga kesehatan meningkatkan sugesti dan kepercayaan diri untuk sembuh. Khasiat spesifik setelah menggunakan produk diantaranya melegakan pernapasan, menghilangkan pusing, mual dan nyeri lainnya, perasaan lebih nyaman dan tenang.
8. Belum teruji klinis
Fadjry Djufry mengatakan saat ini produk tersebut belum melawati pengujian lanjutan seperti uji praklinis dan uji klinis. Fadjry mengatakan ke depannya pihaknya akan melakukan pengujian lanjutan tersebut.
“Produk tetap harus melalui uji klinis. Kita menyadari itu belum punya. Tidak ada klaim antivirus di sini. Jadi kalung kita menyadari belum ada uji praklinis dan klinis, sehingga tidak ada klaim di situ. Butuh uji praklinis akan tetap dijalankan, segera kita lakukan itu,” ujar Fadjry.
(jnp/eks)