LENSAPANDAWA.COM – Pandemi virus Corona ini telah berhasil merontokkan banyak pemikiran para cendekiawan, pengusaha, dan pengambil kebijakan publik. Selain daya sebar yg cepat dan luas sesuai mobilitas manusia juga membawa kematian bagi sebagian manusia yg terinfeksi, terutama kaum lansia, pengidap penyakit komplikasi menahun, dan balita, yg semuanya tdk memiliki sistem immune yg kuat.
Tetapi yg lebih menakutkan adalah dampaknya terhadap perekonomian. Pertumbuhan global diperkirakan akan negatif krn resesi di banyak negara. Angka pengangguran dan kemiskinan akan melonjak naik. Indonesia tdk terkecuali. Pertumbuhan ekonomi akan turun drastis, kalau tdk negatif. Banyak industri mengurangi produksinya, kalau tdk tutup, dan buruh diliburkan, kalau tdk PHK. Usaha UMKM kemungkinan banyak bertahan tapi sebagian di antaranya akan kehilangan pendapatan. Semua itu akibat atau dampak dari virus itu sendiri dan respons kita, teeutama di daerah yg sering kurang tepat dan lambat.
Bantuan fiskal sebesar Rp 415 T akan segera digelontorkan oleh Peesiden Jokowi ditambah fasilitas dari lembaga keuangan (OJK) dan Moneter (BI). Namun, jika kebijakan yg paling tepat masih sulit diaplikasikan, termasuk physical distancing dan kebersihan masyarakat.
Solusinya, kebijakan yg realistis sesuai budaya dan kearifan lokal perlu dipertimbangkan. Gotong royong digalakkan mulai tingkat RT/ RW. Pilihan prioritas utk refocusing sangat diperlukan supaya megutamakan penanganan terhadap kelompok warga yg berisiko kematian, seperti lansia, pengidap penyakit komplikasi menahun, dan Balita. Social unrest atau kerusuhan masyarakat seperri thn 1998 harus sama-sama dihindari. (Rls/FPRN)