Hino mengenalkan kendaraan konsep FlatFormer yang bisa diaplikasikan ke banyak karoseri termasuk bus. (CNN Indonesia/Arif Hulwan Muzayyin)
LENSAPANDAWA.COM – Hino Motor Ltd. mengaku menjadikan teknologi hybrid sebagai andalan untuk bisa disematkan di bus Transjakarta. Teknologi ini diklaim ramah lingkungan dan efisien dalam pemakaian bahan bakar.
“Kami punya senjata utama hybrid untuk ditawarkan ke Transjakarta,” kata General Manager Operations Support Div. for Thailand and Indonesia Hino Motor Ltd. Ken Iwamoto, di kantor pusat Hino, Tokyo, Jumat (25/10).
Teknologi hybrid Hino ini mengombinasikan mesin diesel dan motor listrik yang digunakan secara bergantian. Saat jalanan datar, kendaraan menggunakan listrik dan saat menanjak kendaraan memanfaatkan diesel.
“Keunggulan teknologi hybrid Hino adalah sistem kontrol yang kuat, konsumsi bahan bakar yang lebih hemat, serta kami berpengalaman lebih lama dalam hal kendaraan hybrid,” tutur Iwamoto.
Diketahui, Hino sudah mengawali kendaraan hybrid sejak 1991 atau diklaim sebagai yang pertama di antara merek-merek kendaraan lain.
Namun demikian, Iwamoto mengakui, Hino yang mulanya merajai pasar bus di Indonesia, belakangan mendapat saingan keras dari produsen bus asal Eropa.
“Sebelumnya di kelas ini kita berdiri sendiri. Tapi mobil Eropa, seperti Scania, Marcedez-Benz masuk, dan tidak kalah juga dalam hal perlengkapan dan keselamatannya. Agak susah trade bisnis dengan Transjakarta,” tuturnya.
Tak hanya proyek Transjakarta, Iwamoto menyebut pihaknya juga siap masuk proyek manapun, termasuk bus ‘TransBandung’.
“Ingin juga join kalau ada Transjakarta di Bandung,” ucapnya.
Namun, kata dia, yang terpenting adalah upaya pemerintah mendorong masyarakat beralih dari kendaraan pribadi ke kendaraan umum.
“Yang penting dukungan pemerintahnya agar membuat ada peralihan dari mobil penumpang ke kendaraan komersial,” ucap Iwamoto.
Pesaing China
Soal pesaing baru dari China yang agresif di pasar bus angkutan publik, seperti Zhong Tong, Hino mengaku tetap memantau perkembangannya. Pihaknya lebih mementingkan kemampuan diri menyesuaikan kebutuhan pasar.
“Kami tahu soal langkah produsen China. Hino bekerja untuk memenuhi kebutuhan pasar. Kami mohon maaf tak bisa menjelaskan [strategi] secara detil,” tutur Hino dalam pernyataannya.
Sejauh ini, merek paling akhir yang memenangkan tender Transjakarta adalah Zhong Tong, meskipun beragam kritik mengemuka soal hal ini, terutama terkait insiden kebakaran yang pernah terjadi dan isu ketahanannya
Hino mengakui pada proyek terakhir itu ada ketidaksesuaian spesifikasi panjang titik buta (blindspot) dari moncong mobil. Yakni, dari 7 inci yang disyaratkan, pihaknya memiliki blindspot 8-9 inci.
“Tapi kita siap untuk menyesuaikannya kembali,” kata Iwamoto.
Demikian berita ini dikutip dari CNNINDONESIA.COM untuk dapat kami sampaikan kepada pembaca sekalian.