Ilustrasi kecerdasan buatan. (Istockphoto/metamorworks)
LENSAPANDAWA.COM – Artificial Intelligence (kecerdasan buatan) merupakan bidang yang telah berkembang selama puluhan tahun untuk memenuhi kebutuhan perangkat cerdas pada industri maupun rumah tangga. Teknologi ini difungsikan untuk meniru kemampuan dan perilaku manusia.
Intinya, AI adalah sebuah program kecerdasan buatan yang ditanamkan di sebuah mesin atau perangkat agar lebih memudahkan manusia mengerjakan aktivitasnya.
Perusahaan teknologi raksasa dunia, Alphabet Inc telah memanfaatkan teknologi ini yang menyematkan algoritma AI pada produk mesin pencari Google. Alhasil, apa yang dicari banyak orang bisa tepat sasaran.
Tidak hanya Google, Apple juga menggunakan AI untuk menyempurnakan layanan asisten virtual Siri yang ada di perangkat iPhone. Siri sendiri digunakan untuk melayani pemiliknya seperti mengirim pesan, menemukan informasi, mencari petunjuk arah, melakukan panggilan suara, membuka aplikasi, dan lainnya.
Kini AI semakin merambah taringnya di bidang industri ritel. Pada Oktober 2019 salah satu desainer wanita Tanah Air yaitu Ria Miranda, membuat desain pola koleksi hijabnya berkolaborasi dengan teknologi AI dari Microsoft Rinna.
Untuk mendapatkan sebuah desain, Ria memberikan sejumlah kata kunci kepada teknologi AI seperti youth, romantic, vintage, longlasting, dan freedom. Lalu AI menerjemahkan kata kunci itu menjadi berbagai pola desain.
Inovasi di bidang ritel tak hanya berhenti di Ria, Laboratorium Bahan Fotonik dan Perangkat Fiber di Sekolah Teknik EPFL Amerika pun mengandalkan teknologi AI untuk membuat kain pintar.
Salah satu kegunaan utama kain pintar ini adalah mendeteksi gerakan tubuh manusia.
“Bayangkan pakaian atau seprai rumah sakit yang mampu memonitor pernapasan dan gerakan fisik Anda, lalu tekstil yang didukung AI untuk memungkinkan manusia berinteraksi lebih aman dan intuitif. Saluran transmisi fleksibel yang kami kembangkan dapat melakukan semua ini,” kata Asisten Doktoral Sekolah Teknik EPFL, Andreas Leber dikutip Space Daily.
Leber dan kawan-kawan menemukan sebuah sensor tunggal yang dapat mendeteksi berbagai jenis deformasi (transformasi sebuah benda dari kondisi atau serangkaian posisi) kain seperti peregangan, tekanan, dan torsi secara bersamaan.
Leber pun mengakui awalnya ada kesulitan dalam menyatukan metode tersebut untuk menghitung tiap gerakan yang dilakukan secara bersamaan. Kendati demikian, para peneliti berhasil menggabungkan metode itu lewat proses reflectometry yang mampu menciptakan sensor berbentuk serat fleksibel, seperti dikutip Eureka Alert.
“Teknologi kami bekerja mirip dengan radar tetapi mengirimkan impuls listrik, alih-alih sebagai gelombang elektromagnetik,” kata Leber.
“Sensor serat kami beroperasi seperti saluran transmisi untuk komunikasi frekuensi tinggi. Sistem ini mengatur waktu antara ketika sinyal dikirim kemudian diterima,” tambahnya.
Leber mengatakan membuat serat adalah tugas yang rumit karena melibatkan logam cair yang difungsikan sebagai konduktor dan proses pembuatan serat optik. Sebab, struktur serat hanya memiliki tebal beberapa mikrometer dan mesti sempurna.
“Caranya adalah membuat saluran transmisi yang seluruhnya terbuat dari bahan yang fleksibel dan menggunakan metode sederhana,” pungkasnya.
Langkah selanjutnya yang harus dilakukan Leber dan tim adalah membuat teknologi lebih portable dengan menyusukan komponen elektronik.
(din/DAL)