Ilustrasi. (Screenshot via Web)
LENSAPANDAWA.COM – Pemerintah Amerika Serikat (AS) berencana melacak data lokasi para pemilik ponsel untuk membatasi penyebaran virus corona yang menyebabkan Covid-19 agar pemerintah bisa memantau lokasi pengguna dan efektivitas pelaksanaan social distancing.
Pelacakan akan dilakukan menggunakan data dari ponsel pengguna. Hal ini akan dilakukan Gedung Putih bekerjasama dengan berbagai perusahaan teknologi di AS. Pemerintah AS dikabarkan sudah berbicara dengan Google, Facebook, dan raksasa teknologi lainnya untuk kemungkinan menggunakan data lokasi yang dianonimkan sehingga spesialis kesehatan dapat melacak wabah dengan lebih efisien.
Proyek yang digagas oleh pemerintah AS sejauh ini masih tahap awal. Mereka telah menunjuk tim khusus untuk membahas berbagai ide mulai dari pemetaan penyakit hingga mengobatan jarak jauh (telemedicine). Tim tersebut akan menyampaikan rekomendasinya kepada pemerintah dalam beberapa hari mendatang.
Menggunakan teknologi untuk melakukan pencegahan penularan juga sudah dilakukan China. Pemerintah China menggandeng Alibaba dan Tencent untuk mengidentifikasi kesehatan penduduk. Penduduk diminta mengisi formulir tentang laporan perjalanan mereka, nomor kependudukan, dan riwayat kesehatan.
Setelah itu mereka akan menerima kode QR di ponsel. Jika kode ini dipindai, maka akan muncul status kesehatan. Jika mendapat warna merah, maka mereka harus melakukan karantina 14 hari. Kode kuning mesti di rumah 7 hari. Sementara kode hijau bebas bepergian. Hal ini tampak efektif, namun sekaligus menimbulkan pertanyaan tentang keamanan privasi pengguna. Bulan lalu, aplikasi virus corona di China ditemukan mengirimkan data lokasi ke polisi. Hal ini, bisa jadi menimbulkan risiko pelacakan yang lebih masif di masa mendatang.
[Gambas:Video CNN]
Jaminan apa yang orang-orang miliki bahwa pihak berwenang akan menghapus semua data setelah pandemi selesai? Siapa yang bisa menjamin kalau data ini tidak akan digunakan pemerintah untuk melacak para pembangkang? Atau memberikan perlakuan istimewa kepada tokoh-tokoh kuat? Di satu sisi, timbul argumen bahwa privasi bukanlah prioritas utama ketika berpikir tentang bagaimana menjaga orang aman dari pandemi yang berkembang, seperti ditulis The Next Web.
Melansir CNN, Facebook (FB) dan Google (GOOGL) mengkonfirmasi bahwa mereka sedang mengeksplorasi cara-cara untuk menggunakan data teragregasi yang dianonimkan untuk membantu upaya mengurangi penyebaran Covid-19.
Pembahasan pelacakan lokasi adalah bagian dari serangkaian interaksi antara Gedung Putih dan industri teknologi tentang bagaimana Silicon Valley dapat berkontribusi terhadap situasi di AS.
Untuk mewujudkan inisiatif tersebut, beberapa kelompok kerja informal telah dibentuk untuk menjawab soal perluasan pembelajaran secara virtual, telehealth, membatasi penyebaran virus corona, dan mengeksplorasi penggunaan data geolokasi untuk pelacakan penyakit. Perusahaan teknologi yang berbasis di AS telah memulai beberapa upaya untuk memerangi Covid-19. Awal pekan ini, Verily, anak perusahaan Alphabet merilis portal yang akan memandu orang melalui proses pengujian di California. Sementara Microsoft merilis dasbor pelacak Covid-19. Google membangun situs web yang mengumpulkan informasi tentang penyakit tersebut, termasuk gejala dan risiko. Bahkan, semua perusahaan itu bergabung untuk menghilangkan informasi yang salah dari platform mereka.
Demikian berita ini dikutip dari CNNINDONESIA.COM untuk dapat kami sampaikan kepada pembaca sekalian.