Johan Yan dan “Misa Online” saat COVID-19

0
156
Johan Yan dan Motivator budaya dan Direktur Utama perusahaan motivasi PT Total Quality Surabaya-Jakarta, Johan Yan, saat menunjukkan koleksi benada bersejarah di ruangannya di Surabaya (FOTO ANTARA/2015)

LENSAPANDAWA.COM – Bagi seorang motivator budaya yang juga pemeluk Katolik, Johan Yan, agaknya virus corona jenis baru atau COVID-19 yang memaksa adanya "misa online/daring" justru membuat misa (di rumah dengan dipandu seorang romo dari jarak jauh) menjadi lebih indah.

"Saya bersyukur, ekaristi (perjamuan suci, perjamuan Paskah) di tengah kesendirian justru menyadarkan saya betapa berharganya Tuhan. Dalam keheningan, Tuhan Yesus hadir di rumah," ucap Direktur Utama perusahaan motivasi PT Total Quality Surabaya-Jakarta itu dalam percakapan daring/online, Kamis.

Pria keturunan Tionghoa asal Medan yang mengenyam pendidikan di UK Petra Surabaya (S-1) itu menilai corona/COVID-19 justru membuat misa di dalam rumah yang dipandu secara daring oleh seorang romo itu menghadirkan Tuhan.

"Saya menjadi lebih intim dengan Tuhan Yesus hingga meneteskan air mata dibandingkan dengan misa di tengah keramaian. Ya, saya merasakan kehadiran Tuhan," ujar pemegang rekor MURI untuk tiga tahun memotivasi 518 direktur dan 4.073 manajer itu.

Pengarang buku "Poor is Sin" itu menyatakan pesan Paskah dalam masa prihatin saat ini mirip umat Kristiani pada 2.000 tahun lalu yang menyambut kehadiran Tuhan dalam misa di ruang ruang tersembunyi.

"Tuhan hadir dalam katakombe-katakombe hati mereka. Tanpa gedung gedung indah, tanpa keramaian orang. Itulah Paskah tahun ini yang tanpa perayaan di gereja seperti biasanya," ucapnya.

Penerima gelar Pangeran Kehormatan dari Pakubuwono XIII/Solo dalam bidang kebudayaan pada tahun 2012 itu mengajak umat untuk menyempatkan waktu melakukan "ekaristi" di rumah masing-masing.

"Kalau kamu ada waktu untuk whatsapp (WA/media sosial) sepanjang waktu, kenapa untuk Tuhan tidak bisa? Dalam situasi prihatin ini, hadirkan Tuhan dalam rumahmu, dalam hatimu," tutur pendiri Museum Mahanandi, Surabaya, Jawa Timur, yang juga memiliki sejumlah karyawan Muslim itu.

Untuk semakin menghadirkan keheningan itu, Johan Yan yang juga menerima anugerah kehormatan sebagai "10 orang berpengaruh di bidang budaya di Indonesia" dari The Outstanding Young Persons (TOYP) yang digagas oleh Junior Chamber International (JCI/organisasi kepemudaan PBB) itu pun mematikan sejumlah lampu saat melakukan "ekaristi" di rumahnya.

Demikian berita ini dikutip dari ANTARANEWS.COM untuk dapat kami sampaikan kepada pembaca sekalian.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here