Orangutan terdampak karhutla. (Foto: ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A)
LENSAPANDAWA.COM – Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang terjadi di Kalimantan turut mengancam keselamatan orangutan di pusat rehabilitasi. Ratusan orangutan dikabarkan mengalami gangguan pernapasan.
Yayasan Borneo Orangutan Survival (BOSF) mencatat 355 orangutan yang beraada di pusat rehabilitasi dan pulau-pulau pra-pelepasliaran mengalami gangguan pernapasan.
BOSF mengatakan asap tebal mengganggu kesehatan staf di pusat rehabilitasi. Yayasan juga mencatat 37 orangutan muda diduga tertular infeksi pernapasan ringan.
Kabut asap yang mengandung partikel debu dan karbon sisa pembakaran akan memasuki saluran pernapasan dan menyebabkan reaksi alergi yang berlebihan. Kondisi ini bisa memicu infeksi seperti bronchitis dan pneumonia akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh
CEO Yayasan BOS, Jamartin Sihite mengatakan saat ini sekitar 80 hektare hutan gambut yang berada di sekitar lokasi penangkaran diterjang api. Penangkaran orangutan milik BOS tersebar di Sei Daha, Sei Mantangai, Mawas, Nyaru Menteng, dan Samboja Lestari.
“Sampai saat ini kami belum melakukan penyelamatan atau evakuasi orangutan di lokasi penangkaran yang terancam kebakaran hutan dan lahan,” tulis Jamartin dalam keterangan resminya.
Untuk menghindari efek buruk asap karhutla pada orangutan yang menjalani rehabilitasi, ia mengatakan tim medis BOS di Samboja Lestari telah memberikan susu dan multivitamin dosis harian.
Disamping itu, Jamartin mengatakan pihaknya mengurangi aktivitas orangutan muda di luar ruangan untuk menjaga kesehatan pernapasan. Pihaknya juga menyemprotkan penutup dengan air untuk menjaga suhu kandang tetap dingin.
Data Uni Internasional untuk Konservasi Alam (IUCN) mencatat populasi orangutan di Kalimantan merosot dari sekitar 288.500 pada tahun 1973 menjadi sekitar 100 ribu ekor saat ini.
Indonesia memiliki dua jenis orangutan yang saat ini statusnya juga terancam punah. Orangutan Sumatra saat ini hanya tersisa sekitar 13 ribu ekor dan 800 ekor orangutan Tapanuli.