Sebuah foto kampanye vaksinasi di AS. REUTERS/Shannon Stapleton/File Photo (REUTERS/Shannon Stapleton)
LENSAPANDAWA.COM – Kasus wabah penyakit yang diduga campak di Pulau Samoa, wilayah kepulauan Pasifik, meningkat lebih dari dua kali lipat pada pekan lalu menjadi 3.530 kasus, sementara kasus kematian akibat wabah penyakit itu meningkat dari 20 menjadi 48 kasus, ungkap Kementerian Kesehatan Samoa pada Minggu.
Dari 48 kasus kematian tersebut, 44 di antaranya terjadi pada anak di bawah usia empat tahun. Sejak Sabtu (30/11), tercatat tambahan 173 kasus campak baru dan empat orang meninggal dunia.
Wilayah Samoa menjadi rentan terhadap jangkitan wabah campak seiring jumlah masyarakat yang diimunisasi menurun. Menurut catatan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), cakupan vaksinasi di negara itu hanya sekitar 31 persen.
Pemerintah mulai menjalankan program vaksinasi pada 20 November lalu setelah mengumumkan keadaan darurat akibat wabah campak. Pihak Kementerian Kesehatan kemudian menyebut dalam pernyataan tertulis bahwa sebanyak 57.132 orang telah mendapat vaksin.
Kegiatan persekolahan dan perkuliahan juga ditiadakan, seiring larangan aktivitas publik di wilayah negara dengan 200 ribu penduduk yang terletak di tengah-tengah antara Hawaii dan Selandia Baru itu.
Negara tetangga, Selandia Baru, serta sejumlah negara lain dan organisasi termasuk sebuah badan Perserikatan Bangsa-Bangsa, UNICEF, mengirimkan ribuan vaksin, persediaan medis beserta personil medis untuk turut menangani wabah campak di Samoa.
Wabah virus yang sangat menular dan mudah menyebar melalui batuk dan bersin itu juga dilaporkan terjadi di negara kawasan Pasifik lainnya, seperti Tonga dan Fiji, namun tidak ada kasus kematian. Kedua negara itu pun mempunyai angka vaksinasi yang lebih tinggi dibanding Samoa.
Kementerian Kesehatan Tonga menyatakan pada pekan lalu bahwa sebanyak 394 kasus terduga campak telah teridentifikasi, namun hanya delapan pasien yang perlu mendapat penanganan di rumah sakit.
Akhir-akhir ini kasus campak sedang meningkat di berbagai belahan negara, termasuk di negara-negara maju seperti Jerman dan Amerika Serikat, terkait gerakan orang tua menolak imunisasi dengan alasan keagamaan atau ketakutan atas kabar burung bahwa vaksin bisa menyebabkan autisme.
Sumber: Reuters
Demikian berita ini dikutip dari ANTARANEWS.COM untuk dapat kami sampaikan kepada pembaca sekalian.