Warga yang menempati tempat tidur sementara beristirahat di Bandara Internasional El Dorado pada Selasa (24/3/2020), beberapa jam setelah pemerintah Kolombia memerintahkan 19 hari-isolasi sebagai upaya menghambat penularan virus corona (COVID-19), di Bogota, Kolombia, negara tetangga Ekuador. ANTARA/REUTERS/STRINGER/TM
LENSAPANDAWA.COM – Otoritas Ekuador dalam tiga hari telah mengangkuti 100 mayat, beberapa di antaranya terkait dengan COVID-19, dari rumah para warga di Kota Guayaquil, menurut keterangan Menteri Dalam Negeri Paula Romo, Jumat (27/3).
Sebelum itu, masyarakat mengeluh bahwa mereka tidak bisa menguburkan anggota-anggota keluarga di tengah pandemi virus corona baru itu.
Guayaquil merupakan salah satu pusat penyebaran virus di Ekuador. Sejak pemerintah menetapkan jam malam di Guayaquil, banyak pasukan militer ditempatkan untuk berjaga di kota pesisir itu.
Menteri Paula Romo pada Jumat (27/3) mengatakan aturan jam malam di Ekuador turut membatasi jam operasional rumah duka sehingga beberapa orang tidak punya pilihan selain menyimpan jasad kerabatnya dalam rumah.
"Beberapa kematian ada yang disebabkan COVID-19, ada juga karena penyakit lain," kata Romo saat diwawancara MaxTv.
Ekuador per Jumat melaporkan 1.627 kasus positif COVID-19 dan 41 di antaranya meninggal dunia. Lebih dari 70 persen pasien positif berada di Provinsi Guayas, wilayah yang membawahi Kota Guayaquil.
Romo mengatakan sebagian besar yang meninggal dalam rumah belum diperiksa COVID-19, sehingga mereka tidak masuk dalam jumlah korban jiwa.
Sementara itu lewat sosial media dan wawancara dengan media setempat, penduduk Guayaquil mengeluh mereka harus menyimpan jasad lebih dari 24 jam dalam rumah. Menurut warga, diam bersama jasad di rumah dapat memperbesar risiko penularan virus.
Salah satu korban yang meninggal adalah Bolivar Reyes, 43 tahun, pedagang jus buah. Reyes meninggal setelah terserang penyakit mirip gejala COVID-19 namun, ia tidak pernah diperiksa, kata istrinya, Rosa Romero, saat diwawancara via telepon.
Jasad Reyes pun disimpan dalam rumah, yang berada di daerah miskin di Guayaquil utara, selama lebih dari satu hari karena petugas pengangkut jenazah tidak dapat mengambil jasad dengan cepat, kata Romero.
"Mereka meminta saya bersabar, mereka tidak bisa segera tiba karena hanya punya satu kendaraan yang harus pergi ke banyak rumah," tambah dia.
"Para tetangga mengatakan jika saya tidak segera menyingkirkannya (jenazah itu), mereka akan membakar rumah saya," ujar Romero.
Sumber: Reuters
Demikian berita ini dikutip dari ANTARANEWS.COM untuk dapat kami sampaikan kepada pembaca sekalian.