Ilustrasi (ESA/Handout via REUTERS)
LENSAPANDAWA.COM – Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) menyebut sudah mulai mengajak BUMN untuk menggarap sektor keantariksaan. Hal ini berkaca dari tren antariksa yang tengah marak di berbagai belahan dunia.
Thomas menceritakan saat melakukan pertemuan keantariksaan di Beijing, dia menyebut lembaga-lembaga riset didorong oleh pemerintah untuk menghidupkan serta menggerakkan startup guna mengembangkan studi soal luar angkasa.
“Oleh karena itu LAPAN sudah mulai mengajak mitra-mitra yang potensial terutama BUMN itu untuk sama-sama menggarap sektor keantariksaan karena nilai komersialnya cukup menjanjikan juga,” jelas Kepala LAPAN Thomas Djamaluddin saat ditemui CNNIndonesia.com di kantor LAPAN, Rawamangun, Senin (19/8).
Thomas menyebut sebagian perusahaan itu bahkan ditenagai oleh para peneliti dari berbagai penelitian. Namun, para peneliti ini kemudian terlibat untuk membangun perusahaaan keantariksaan tersebut.
“Bahkan ada best practice dari beberapa startup yang waktu itu mempresentasikan, itu startup-startup ada staff utama sekitar 30 orang seluruhnya doktor dan sebagian dia adalah peneliti yang sesungguhnya masih terikat dengan lembaga-lembaga penelitian tapi karena didorong untuk membangun startup terkait keantariksaan ya mereka membangun perusahaan,” lanjutnya.
Thomas juga menyebut soal maraknya startup antariksa India. Ia menilai lahirnya perusahaan rintisan luar angkasa di negara itu juga diinisiasi oleh ISRO (Organisasi Penelitian Luar Angkasa India) dan didukung oleh para pemangku swasta.
“Di India polanya itu juga diinisiasi oleh badan antariksanya, yakni ISRO. Walaupun yang kita tahu keantariksaan itu suatu bidang yang teknologinya tinggi, kemudian biaya tinggi dan risiko tinggi. Oleh sebab itu, biasanya di awal itu selalu pemerintah yang menginisiasi,” tutur Thomas.
Sat ini, India mempunyai tujuh startup antariksa. Dua diantaranya adalah Bellatrix Aerospace dan Kawa Space. Bedanya, Bellatrix fokus untuk membangun satelit kecil hingga satelit luar angkasa. Sedangkan Kawa ditugaskan untuk merancang dan mengoperasikan satelit pengamatan bumi.
Perusahaan teknologi luar angkasa India adalah bagian dari generasi baru startup, dan investor menaruh perhatian. Tak cuma India, perusahaan rintisan atau startup antariksa tengah menjadi tren dunia. Minat investor global meningkat mulai dari eksplorasi luar angkasa hingga liburan luar angkasa.
“Jadi startup keantariksaan sudah menjadi tren dunia, kalau di Amerika startup-nya kelas tinggi sesungguhnya bukan lagi startup tapi sudah industri besar. Namun itu pola sesungguhnya dari startup,” jelasnya.
Dia juga sempat mencontohkan dua negara Asia lainnya, seperti di Jepang dan China. Di Jepang terdapat sejumlah perusahaan rintisan yang bergerak di pembuatan satelit bahkan startup khusus untuk menjaring sampah antariksa.
Perusahaan konsultan Frost & Sullivan memperkirakan lebih dari 17.000 satelit kecil dapat diluncurkan antara 2018 dan 2030.