Hujan di Jakarta. (CNN Indonesia/Bisma Septalisma)
LENSAPANDAWA.COM – Ketua Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Thomas Djamaludin menjelaskan ada dua komponen utama terjadinya bencana banjir, yaitu curah hujan tinggi dan daya dukung lingkungan.
Menurut dia, banjir yang menerjang sejumlah wilayah di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi disebabkan oleh faktor curah hujan yang intensitasnya meningkat.
“Pada dasarnya pembentukan awan itu terkait dengan distribusi panas, dalam kondisi yang normal, distribusi panas hanya karena posisi Matahari ke utara dan selatan,” tutur Thomas kepada awak media usai konferensi pers di kantor Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Jakarta, Jumat (3/1).
“Sekarang posisi Matahari berada di selatan, maka pemanasan berada di selatan, angin bertiup dari utara kemudian bertemu dengan angin selatan sehingga terjadi pembentukan awan di Indonesia bagian selatan,” sambungnya.
Selain itu kata Thomas, curah hujan tinggi juga disebabkan oleh gelombang seruak dingin (cold surge) dari Tibet ke Hong Kong yang saat ini mengarah ke Jakarta.
Cold surge sendiri merupakan gelombang yang mengandung massa udara dingin dari daratan Asia ke arah selatan. Akibat fenomena ini, menyebabkan naiknya kecepatan angin dan turunnya temperatur sehingga menyebabkan cuaca cerah pada daerah yang dilaluinya.
Jika cold surge melewati daerah yang lebih jauh ke ekuator maka akan menyebabkan curah hujan meningkat dan tersebar secara merata.
[Gambas:Video CNN]
Pada kesempatan yang sama, Ketua Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati memprakirakan hujan intensitas ekstrim akan terjadi di berbagai wilayah Indonesia mulai tanggal 5 hingga 15 Januari 2020.
Ia mengatakan tanggal 5 Januari Indonesia akan dilewati udara basah yang bertiup dari Samudera Hindia menuju Samudera Pasifik. Udara basah tersebut awalnya akan menyentuh wilayah Sumatera bagian barat.
Dwikorita menyatakan saat itu intensitas hujan akan bertambah di beberapa wilayah yang dilewati angin tersebut. Wilayah itu diantaranya Sumatera Selatan, Sumatera Barat, Jawa, Jambi, Bangka Belitung, hingga Pulau Jawa.
“Mohon diperhatikan prakiraannya, tanggal tersebut 5-10 intensitas hujan meningkat lagi. Biasanya terjadi hujan meningkat pada malam hari sampai dini hari,” ucapnya.
Selanjutnya, BMKG menjelaskan angin basah akan masuk ke wilayah Kalimantan pada tanggal 11 Januari sampai 15 Januari 2020. Beberapa wilayah di Kalimatan dan Sulawesi akan terdampak peningkatan intensitas hujan.
“Setelah tanggal 11- 15 diprakirakan pergerakanya masuk Kalimatan Barat, ke Timur , Kalimantan Selatan , Kalimantan Timur, akhirnya mampir di Sulawesi Selatan, dan di Sulawesi Tenggara. Nah ini berjalan terus 11-15, intensitas tinggi di zona-zona tersebut. Sehingga mohon disiapakan, ini bukan perkiraan tapi prakiraan,” pungkas Dwikorita.
Demikian berita ini dikutip dari CNNINDONESIA.COM untuk dapat kami sampaikan kepada pembaca sekalian.