Para pekerja dengan memakai pakaian pelindung terlihat di halaman Central Jamis Mosque Ghamkol Sharif, sebuah tempat ruangan jenazah yang sementara dibangun di dekat masjid saat penyebaran penyakit virus corona (COVID-19) terus berlanjut, di Birmingham, Britain, Selasa (21/4/2020). ANTARA FOTO/REUTERS/Carl Recine/aww/cfo
LENSAPANDAWA.COM – Orang-orang dari beberapa etnis minoritas di Inggris dalam jumlah yang tidak proporsional meninggal akibat COVID-19, mungkin karena sebagian besar dari mereka bekerja pada sektor layanan kesehatan dan sektor lain yang paling terpapar virus corona.
Hal itu disampaikan oleh satu kelompok ahli terkemuka, Institute for Fiscal Studies, pada Jumat.
Kematian per kapita orang-orang di Inggris warga keturunan ras kulit hitam Karibia adalah tiga kali lipat daripada warga negara Inggris yang berkulit putih, kata Institute for Fiscal Studies (IFS).
Menurut IFS, kematian per kapita di antara kelompok kulit hitam lainnya di Inggris dua kali lipat dari populasi secara keseluruhan, sementara orang-orang keturunan India juga menderita lebih banyak kematian daripada angka kematian rata-rata akibat COVID-19.
Mempertimbangkan fakta bahwa sebagian besar kelompok minoritas jauh lebih muda daripada rata-rata penduduk kulit putih Inggris, angka kematian per kapita di hampir semua kelompok minoritas tampak sangat tinggi, kata IFS dalam sebuah laporan.
Sebagian dari angka kematian tambahan pada etnis minoritas di Inggris kemungkinan terkait dengan banyaknya dari mereka yang tinggal di London atau kota-kota lain yang paling terdampak wabah virus corona baru.
Namun, IFS juga menyebutkan bahwa geografi bukan satu-satunya faktor penentu.
"Tidak mungkin hanya ada penjelasan tunggal tentang hal ini, dan faktor-faktor yang berbeda mungkin lebih penting untuk kelompok yang berbeda," kata Ross Warwick, seorang ekonom peneliti di IFS.
"Sebagai contoh, orang Afrika berkulit hitam kemungkinan besar adalah pekerja untuk bidang yang memegang peran kunci yang mungkin menempatkan mereka dalam risiko (terpapar COVID-19), sementara para warga lansia keturunan Bangladesh tampak rentan berdasarkan kondisi kesehatan mereka," ujar Warwick.
Data dari Amerika Serikat menunjukkan bahwa warga Afrika-Amerika lebih mungkin meninggal akibat COVID-19. Hal itu menyoroti kesenjangan yang sudah lama terjadi dalam kesehatan dan ketidaksetaraan dalam akses untuk mendapat perawatan medis di sana.
IFS juga mengatakan orang-orang dari etnis minoritas di Inggris lebih mungkin terpukul secara finansial dengan adanya karantina akibat wabah corona.
"Para pria keturunan Bangladesh di Inggris empat kali lebih mungkin bekerja untuk industri yang ditutup dibandingkan laki-laki kulit putih Inggris. Sementara pria Inggris keturunan Pakistan hampir tiga kali lebih mungkin bekerja untuk industri yang ditutup (selama pandemi)," kata Lucinda Platt, seorang profesor London School of Economics yang menjabat di panel IFS untuk riset tentang ketidaksetaraan.
Selain itu, rata-rata orang kulit hitam keturunan Afrika, Karibia atau Bangladesh memiliki tabungan rumah tangga yang lebih rendah.
IFS menambahkan, warga yang berasal dari keturunan India dan kelompok "kulit putih lainnya" yang sebagian besar lahir di luar negeri tampaknya tidak menghadapi tambahan risiko ekonomi.
Sumber: Reuters
Demikian berita ini dikutip dari ANTARANEWS.COM untuk dapat kami sampaikan kepada pembaca sekalian.