Manusia Boleh Berhenti “Belajar”, Saat Kematian Menjemputnya Oleh : Dede Farhan Aulawi

0
310

LENSAPANDAWA.COM, – Jakarta. Sepanjang masa pemberlakuan PSBB akibat pandemi wabah corona disikapi oleh setiap orang berbeda – beda tergantung pada situasi dan kondisi masing – masing. Ada yang statusnya diliburkan, ada yang bekerja dari rumah (work from home), ada yang terpaksa tetap harus keluar untuk mencari nafkah, ada yang di-PHK karena perusahaan sudah tak mampu lagi memberi gaji, dan lain – lain. Sebagian yang lain memanfaatkan kesempatan ini untuk banyak membaca, baik membaca kitab suci ataupun belajar ilmu – ilmu yang lainnya. Namun tentu ada juga sebagian yang kurang suka dengan baca- baca yang agak serius, kecuali bacaan ringan yang sifatnya guyonan semata. Pada kesempatan ini, saya mungkin ingin mengingatkan kita semua tentang pentingnya belajar.

Belajar bagi setiap muslim merupakan sebuah kewajiban. Setiap amal ibadah kita akan diterima oleh Allah SWT jika sesuai dengan ketentuan – ketentuan yang sudah disyariatkan. Ada tata cara yang wajib dijalankan, dan tentu semua itu bisa dilaksanakan jika kita tahu ilmunya. Dan ilmu akan didapatkan melalui suatu proses yang disebut pembelajaran. Nabi Muhammad Shallallahualahi wa sallam bersabda :

طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ

”Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim”.
(HR. Ibnu Majah. Dinilai shahih oleh Syaikh Albani dalam Shahih wa Dha’if Sunan Ibnu Majah no. 224)

 

Proses belajar untuk menuntut ilmu dalam pandangan Islam merupakan bagian dari ibadah yang wajib untuk selalu dilakukan sejak lahir sampai meninggal dunia. Artinya ada sebuah titik dimana kita dibebaskan dari kewajiban untuk menuntut ilmu, yaitu ketika sang ajal datang untuk menjemput kita di gerbang pintu kematian. Akhir perjalanan dari ikhtiar dalam menuntut ilmu, bukanlah saat kita bisa menyelesaikan pendidikan formil di perguruan tinggi sampai level tertinggi, melainkan di ujung tebing keabadian bernama “KEMATIAN”.
Dalam Al Qur’an surat Al Hijr ayat 99, Allah SWT berfirman :

وَٱعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّىٰ يَأْتِيَكَ ٱلْيَقِينُ

Beribadahlah kepada Tuhanmu, sampai bertemu kematian. (QS. Al-Hijr : 99)

 

Dengan demikian setiap muslim harus menyadari bahwa ada satu kewajiban ibadah yang kadang terlupakan yaitu kewajiban untuk selalu menuntut ilmu. Baik ilmu agama ataupun ilmu lain yang menunjang dan bermanfaat dalam kehidupan kita. Mungkin terkadang kita malas untuk membaca – baca, tapi sadarilah bahwa itu memang bagian dari perjuangan. Dan setiap perjuangan tentu tidak mudah. Butuh niat dan itikad yang kuat, serta ikhtiar yang maksimal. Soal pemilihan bidang pembelajaran tentu bisa disesuaikan dengan peminatan masing – masing. Termasuk pemilihan metode pembelajaran serta instrumen belajar yang dipakai. Seperti saat ini, ketika wabah corona merebak di seantero dunia melahirkan banyak konsep belajar e-learning atau digital learning yang telah menjadi bagian integral dari konsep Digital Life. (Kehidupan Digital).

 

Lihat saja saat ini hampir semua pelajar dan mahasiswa harus belajar di rumah secara virtual dengan guru atau dosennya, menggunakan teknologi digital. Meski hal ini belum bisa dilakukan di seluruh negeri karena infrastruktur teknologi yang masih terbatas, namun tidak menyurutkan semangat juang untuk terus belajar di tengah berbagai keterbatasan. Begitupun dengan para pegawai, baik pegawai pemerintah atau swasta saat ini dituntut agar tetap bisa bekerja dari rumah menggunakan teknologi digital untuk rapat, diskusi atau presentasi. Para pelaku usaha, bukan saja pengusaha besar melainkan para pengusaha kecil (UKM) sudah mulai banyak memanfaatkan e-marketing atau marketing digital. Transaksi bisnis tidak harus ketemu langsung antara penjual dan pembeli seperti dalam konsep pasar konvensional karena saat ini mulai marak bermunculan pasar digital bernama marketplace dengan platform digital.

 

Saat ini juga sudah banyak sekali pelaksanaan seminar, diskusi atau training dengan cara live webinar melalui beragam saluran e-Learning dari berbagai belahan dunia. Ibu-ibu di rumah juga memasak dipandu oleh chef menggunakan teknologi video digital. Pehobi kebugaran mengikuti instruksi pelatih secara virtual dari video streaming. Para pelaku usaha memasarkan, mendapat pesanan dari pelanggan secara virtual , lalu diantarkan oleh pengemudi ojek online. Itulah sedikit gambaran era baru saat ini menuju kehidupan Digital Life yang lebih komprehensif di kemudian hari. Memang masih perlu banyak set up penyesuaian dalam penerapannya, dimana generasi milenial tampaknya akan jauh lebih siap.

 

Mungkin kita ingat ucapan Charles Darwin yang pernah mengatakan, “ Bukanlah mereka yang paling kuat atau paling cerdas yang dapat bertahan hidup, melainkan mereka yang paling tanggap beradaptasi terhadap perubahanlah yang dapat bertahan “.

Oleh karena itu, pandemi corona sebenarnya telah memaksa umat manusia untuk bertransformasi menjadi Manusia Pembelajar melalui berbagai adaptasi – adaptasi yang mensyaratkan “Masih mau membaca”, “Masih mau belajar”, “Masih mau belajar mandiri”, dan tak mudah putus asa saat menemui berbagai kesulitan. Inilah ilustrasi manusia tangguh, yang selalu memiliki semangat belajar dan pantang mengeluh. Kita tidak perlu menangis saat ketemu dengan permasalahan sesulit apapun, karena percayalah air mata takkan mampu menyelesaikan masalah. Jika air mata bisa menyelesaiakan masalah, maka ada jutaan umat manusia yang hanya akan menangis untuk menyelesaikan masalahnya.

 

Masalah akan selesai jika kita mau bangkit dan berusaha dengan bersungguh – sungguh untuk menyelesaikannya. Ada adaptasi – adaptasi sebagai bagian dari proses pembelajaran. Jadi yang penting adalah masih ada keinginan untuk belajar dan terus belajar, karena setiap langkah kehidupan kitapun sesungguhnya adalah anak tangga pembelajaran. Meski ada yang naik tangganya pelan perlahan, dan ada juga yang berlari pesat seperti rudal balistik. Disinilah kecepatan dan kecerdasan harus berpadu secara harmonis agar selamat sampai di tujuan. Dengan kata lain, kita harus menjadi “The Fast Learner” dan “The Best Adapter”. TheFastLearner berarti aktif mencari tahu sebanyak dan secepat mungkin dari berbagai sumber terpercaya, mengenai kemana arah gerak perubahan dunia atau perubahan di bidang yang relevan dengan peminatan kita. The Best Adapter berarti mampu beradaptasi dengan perubahan itu sendiri dan dapat membuat langkah = langkah kreatif dalam menghadapinya. Tidak sekedar berorientasi harus selalu jadi winner, tetapi juga mampu belajar saat kita jadi looser. Untuk itulah kita perlu mengasah keterampilan kepemimpinan berbasis entrepreneurship (Entrepreneurial Leadership) yang fokus pada Solusi, Pemecahan Masalah dan Pengambilan Keputusan. Sekarang inilah saat terbaik untuk menciptakan nilai (Value Creation) pribadi kita masing-masing dalam masa belajar ‘digital life’. Esok hari kita sudah harus bergegas kembali, bangkit dan langsung berlari. Songsonglah masa depan dengan optimis saat ruang jiwa kita masih dipenuhi dengan semangat untuk belajar…,belajar…,dan terus belajar. (FPRN)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here