Melihat Dua Sisi Koin Internet Versi Cybercrime Polri

0
162
Melihat Dua Sisi Koin Internet Versi Cybercrime PolriIlustrasi. (Foto: CNN Indonesia/Hesti Rika)

LENSAPANDAWA.COM – Direktorat Tindak Pidana Siber (Dittipidsiber) Bareskrim Polri menggambarkan bahwa internet seperti halnya dua sisi mata uang yang tak bisa dipisahkan.

Kasubdit III Dittipidsiber Kurniadi menyebutkan betapa internet bisa berdampak positif sekaligus berdampak negatif terhadap kehidupan manusia.

Ia mengatakan, pertama-tama saat ini internet bisa menghubungkan silahturahmi orang-orang yang telah lama tak berhubungan. Akan tetapi, pada akhirnya kemudahan tersebut menimbulkan risiko penipuan.

“Yang terjadi adalah seseorang yang mengaku sebagai teman lama saya padahal bukan teman saya. Akhirnya bisa digunakan untuk jadi penipuan, pelaku bisa memeras korban,” kata Kurniadi kepada awak media di Hotel Grand Hyatt, Jakarta, Selasa (29/10).

Kedua, internet disebut memudahkan kehidupan sehari-hari dengan kehadiran layanan e-commerce hingga ride-haling.  Kemudahan ini juga tak jauh-jauh dari kasus penipuan hingga ketidakpuasan masyarakat terhadap layanan tersebut.

Ketiga adalah, internet memberikan kebebasan berpendapat. Masyarakat bisa bebas memberikan pendapat di berbagai platform media sosial. Sayangnya, kebebasan berpendapat ini justru menimbulkan adanya penyebaran hoaks dan ujaran kebencian yang mengalir deras.

“Misalnya pernah ada hoaks bahwa posisi ulama tidak aman. Karena Februari  2018 seorang ulama diserang oleh orang gila yang diatur oleh kelompok tertentu. Padahal dia beraksi sendiri. Ini akan ganggu kehidupan dalam hidup kita,” kata Kurniadi.

Keempat adalah kemudahan dapatkan informasi. Kemudahan mendapatkan informasi mendorong adanya fenomena post truth dan berkaitan erat dengan konten negatif.

Fenomena post truth  membuat manusia percaya yang ia sukai, meski hal tersebut merupakan hoaks. Ia tidak akan peduli dengan hal yang ia tidak sukai meskipun hal tersebut valid kebenarannya. Ia bisa menolak kebenaran tersebut.

“Ini bisa ada propaganda. Bentuknya bagiamana pikiran kita diberikan pendapat yang tidak benar yang ada di pikiran kita sehingga  yang tidak benar jadi kebenaran. Ini sudah terjadi saat sebelum Pemilu 2019,” ujar Kurniadi.

Demikian berita ini dikutip dari CNNINDONESIA.COM untuk dapat kami sampaikan kepada pembaca sekalian.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here