Kotoran Penguin King mengandung gas tawa (iStockphoto/burroblando)
LENSAPANDAWA.COM – Penelitian yang dilakukan Universitas Kopenhagen menyatakan kotoran King Penguin yang ada di Antartika mengandung gas tawa.
Temuan itu membuat peneliti linglung dan pusing ketika terlalu lama berada di sekeliling kotoran penguin tersebut. Sebab, kotoran penguin itu mengeluarkan cukup banyak oksida nitrat.
King Penguin diketahui hidup dalam koloni besar. Hari-hari mereka dihabiskan untuk mengunyah krill. cumi-cumi, ikan, memberi makan anak-anaknya, dan memproduksi kotoran yang bernama ‘guano’.
Studi yang dilakukan Universitas Copenhagen pada tahun 2019 menemukan bahwa guano dari King penguin mengandung oksida nitrat atau lebih dikenal gas tertawa.
“Penguin guano menghasilkan kadar nitro oksida yang sangat tinggi di sekitar koloni mereka. Emisi maksimumnya sekitar 100 kali lebih tinggi daripada di ladang Denmark yang baru saja dibuahi,” ujar Bo Elberling, dari Departemen Geosains dan Manajemen Sumber Daya Alam Universitas Kopenhagen.
“Ini benar-benar intens, bukan hanya karena oksida nitrat 300 kali lebih berpolusi daripada CO2,” ujarnya, dilansir Science Daily.
Elberling menuturkan nitro oksida memiliki efek yang sangat mirip dengan obat penenang yang digunakan di klinik dokter gigi. Sehingga, dia berkata selama beberapa jam berada di lokasi penelitian membuat peneliti sakit kepala.
Lebih lanjut, Elberling menjelaskan kotoran King Penguin berubah menjadi nitro oksida adalah akibat dari makanan yang dikonsumsinya, yakni ikan dan krill. Kedua jenis makanan itu banyak nitrogen yang diserap dari fitoplankton di lautan.
Melansir CNN, Elberling berkata penguin melepaskan kotoran yang mengandung bakteri ke tanah setelah mengisi perutnya. Bakteri di tanah kemudian mengubah zat pada kotoran itu menjadi nitro oksida, gas rumah kaca yang dikenal sebagai gas tertawa.
“Jelas bagi kita bahwa tingkat nitro oksida sangat tinggi di tempat-tempat di mana ada penguin dan sebaliknya lebih rendah di tempat-tempat di mana tidak ada penguin,” ujar Elberling.
Elberling mengatakan pengetahuan tentang bagaimana kotoran penguin mempengaruhi Bumi dan atmosfer sangat relevan dalam perang melawan gas rumah kaca yang merusak iklim. (jps/eks)