Ilustrasi Awan Mammatus. (Foto: Craig Lindsay via Wikimedia Commons (CC-BY-SA-3.0))
LENSAPANDAWA.COM –
Fenomena awan Mammatus menjadi perbincangan setelah muncul di Irak. Awan berbentuk seperti gantungan kantung itu sempat diabadikan oleh seorang warga kota Amedi di Irak.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengatakan awan ini berbentuk seperti kantong atau tonjolan dengan jumlah yang cukup banyak.
[Gambas:Twitter]
Ada banyak istilah untuk awan mammatus, seperti mamma, mammatocumulus, atau mammory cloud. Kata ini sebenarnya berasal dari bahasa Latin “mamma,” yang berarti payudara atau ambing yang dikenal sebagai istilah di peternakan.
Mammatus terjadi ketika udara dari lapisan awan turun ke udara jernih di bawah dan menguapnya tetesan awan. Hal ini mendinginkan udara dan membuatnya turun lebih cepat. Beberapa awan ikut terseret ke bawah sehingga membentuk sebuah kantung.
[Gambas:Twitter]
Dilansir dari Forbes, berbagai penelitian menunjukkan bahwa pembentukan, ukuran, bentuk, dan skala mammatus tergantung pada kelembaban awan, stabilitas awal, dan kecepatan terminal hidrometeor (tetesan, kristal es) di awan mammatus.
Dilansir dari Erathsky, orang-orang selalu mengaitkan awan ini dengan cuaca buruk seperti badai. Berlawanan dengan pandangan tersebut, awan ini tidak memanjang ke arah permukaan bumi untuk membentuk tornado.
Mammatus terbentuk oleh udara yang tenggelam harus lebih dingin daripada udara di sekitarnya dan memiliki kadar air atau es yang tinggi. Awan terbentuk di udara yang naik, oleh karena itu mammatus terbentuk di udara yang tenggelam.
Mammatus bisa berumur panjang jika udara yang tenggelam mengandung tetesan besar dan kristal salju karena partikel yang lebih besar membutuhkan jumlah energi yang lebih besar untuk terjadinya penguapan. Seiring waktu, tetesan awan akhirnya menguap dan akan membuat mammatus larut di udara.
[Gambas:Twitter]
Diberitakan sebelumnya, Kepala Subbidang Prediksi Cuaca BMKG, Agie Wandala Putra mengatakan awan ini terbentuk dari dasar awan. Jenis awan ini muncul saat terjadi perkembangan awan Cumulonimbus.
Awan Cumulonimbus sendiri kata Agie merupakan jenis awan yang sering dihubungkan dengan hujan lebat dan kejadian ekstrem.
Lebih lanjut kata Agie, friksi angin tersebut bisa juga disebut pola turbulensi kecil di bawah awan Cumulonimbus sehingga bentuk awan Mammatus jadi bervariasi, bisa lonjong, bulat bahkan bentuknya acak
Dilansir dari Accuweather, mammatus juga bisa terbentuk di bawah awan cirrocumulus, altostratus, altocumulus dan stratocumulus. Oleh karena itu, mammatus bukanlah tanda bahwa tornado akan terbentuk. Sementara terkait dengan badai petir, awan mammatus tidak selalu merupakan indikator cuaca buruk.
(jnp/DAL)