Mengenal Proses Perakitan Esemka di Boyolali

0
164
Mengenal Proses Perakitan Esemka di BoyolaliPekerja di pabrik Esemka, Boyolali, Jawa Tengah. (Foto: ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho)

LENSAPANDAWA.COM – Esemka yang kembali muncul menuai pro dan kontra dari sejumlah masyarakat yang mempertanyakan bagaimana proses produksiya di fasilitas pabrik perakitan Boyolali, Jawa Tengah.

Tidak sedikit pihak menyebut bahwa PT Solo Manufaktur Kreasi (SMK) selaku agen pemegang merek Esemka cuma mengimpor komponen-komponen yang selanjutnya dirakit menjadi produk kendaraan di antaranya pikap Bima. Tudingan lain adalah melakukan rebagde atau sekadar mengganti emblem produk China, yaitu Changan Star Truck.

Mengenai fenomena Esemka, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mencoba meluruskan.

Direktur Industri Maritim, Alat Transportasi, dan Alat Pertahanan Kemenperin Putu Juli Ardika memaparkan PT SMK saat ini menggunakan skema multi source untuk ‘meracik’ produk Esemka Bima di Indonesia.

Ia pun menepis bahwa produk Esemka lahir dengan skema Completely Knock Down (CKD) atau membawa komponen terurai dari luar negeri untuk dirakit di Indonesia. Putu juga memastikan Esemka tidak menggunakan skema Incomplete Knocked Down (IKD).

“Sampai saat ini Esemka tidak menggunakan CKD dan IKD melainkan dengan cara part by part dengan multi sourcing (banyak sumber),” kata Putu, Selasa (10/9).

Komponen dari berbagai sumber dijelaskan Putu dengan memanfaatkan komponen dari berbagai perusahaan dalam maupun luar negeri.

Masih kata Putu skema part by part multi source itu karena komponen lokal yang digunakan sudah lebih banyak, sehingga Esemka tidak menerapkan IKD. Klaim Kemenperin, Tingkat Kandungan Lokal Dalam Negeri Esemka (TKDN) sudah mencapai 60 persen.

“Itu dilakukan karena penggunaan komponen produksi dalam negeri sudah lebih tinggi dibandingkan ketentuan IKD. Proses part by part mengindikasikan proses manufaktur sudah lebih dalam,” ucapnya.

Terkait perusahaan asing yang menjadi pemasok komponen SMK, Putu enggan menjelaskan dengan alasan ‘urusan dapur’ SMK. Kendati demikian disebut ada 26 perusahaan yang bersedia.

“Kemudian ya di assembling untuk menjadi sistem atau subsistem, misalnya braking system, steering system dan lain lain,” ujar dia.

Presiden Direktur SMK Eddy Wirajaya belum merespon untuk dimintai keterangan soal proses perakitan mobil-mobil Esemka di Boyolali.

Demikian berita ini dikutip dari CNNINDONESIA.COM untuk dapat kami sampaikan kepada pembaca sekalian.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here