Ilustrasi corona di China. (AFP/HECTOR RETAMAL)
LENSAPANDAWA.COM – Pemerintah China dikabarkan menggunakan sistem ‘kode kesehatan’ berbasis warna untuk mengendalikan pergerakan orang dan mengurangi penyebaran virus corona yang menyebabkan Covid-19.
Warga China yang menggunakan ponsel pintar diwajibkan untuk mengunduh aplikasi tersebut. Sebab, aplikasi itu membuat pemerintah China bisa mengawasi pergerakan warganya yang terinfeksi Covid-19.
Melansir CNN, warga China tidak bisa secara bebas keluar rumah, naik kereta bawah tanah, pergi bekerja, memasuki kafe, restoran, dan pusat perbelanjaan. Pergerakan mereka ditentukan oleh warna yang ditampilkan pada aplikasi tersebut. Warna hijau artinya bebas melanjutkan. Sedangkan, Kuning atau Merah dilarang masuk.
Situasi itu telah menjadi kenyataan bagi ratusan juta orang di China sejak pertengahan fase melalui krisis virus corona baru. Bahkan, hal itu masih bisa tetap berjalan untuk masa mendatang karena China masih berjuang untuk pulih situasi saat ini.
Dalam menjalankan aplikasi berbasis warna itu, China mengandalkan teknologi ponsel dan big data. Kode respons cepat yang dibuat secara otomatis, biasanya disingkat menjadi kode QR, diberikan kepada warga negara sebagai indikator status kesehatan mereka.
Meskipun pihak berwenang belum membuat kode kesehatan wajib, banyak warga di sejumlah kota tanpa aplikasi tidak dapat meninggalkan kompleks tempat tinggalnya atau memasuki sebagian besar tempat umum.
Bahkan, QR berbentuk persegi itu tetap terdapat pada ponsel dan menentukan pergerakan saat sejumlah lockdown wilayah di China dihentikan.
China diketahui meminta bantuan dua raksasa internet negara itu, yakni Alibaba (BABA) dan Tencent (TCEHY) untuk menjadi membuat sistem kode kesehatan pada aplikasi smartphone populer mereka, yakni Alipay dan Wechat.
Hangzhou, sebuah kota pesisir di provinsi Zhejiang timur tempat Alibaba berpusat merupakan kota pertama yang menggunakan kode kesehatan untuk memutuskan warga mana yang harus menjalani karantina. Sistem diluncurkan pada 11 Februari oleh Alipay.
Untuk mendapatkan kode kesehatan, warga China harus mengisi informasi pribadi mereka termasuk nama mereka, nomor identitas nasional atau nomor paspor, dan nomor telepon pada halaman pendaftaran.
Kemudian, mereka diminta untuk melaporkan riwayat perjalanan dan apakah telah melakukan kontak dengan pasien Covid-19 yang dikonfirmasi atau dicurigai dalam 14 hari terakhir.
Mereka juga perlu mencentang kotak untuk setiap gejala yang mungkin dimiliki, seperti demam, kelelahan, batuk kering, hidung tersumbat, sakit tenggorokan, atau diare.
Setelah informasi diverifikasi oleh otoritas, setiap pengguna akan diberi kode QR berwarna merah, kuning atau hijau.
Pengguna dengan kode merah harus masuk ke karantina pemerintah atau karantina mandiri selama 14 hari, pengguna dengan kode kuning akan dikarantina selama tujuh hari, sementara pengguna dengan kode hijau dapat bergerak di sekitar kota secara bebas.
Kode kesehatan juga dapat berfungsi sebagai pelacak pergerakan orang di area publik. Sebab, penduduk harus memindai kode QR mereka saat memasuki tempat-tempat umum.
Jika ada pelanggaran, pihak berwenang dapat dengan cepat menelusuri kembali di mana pasien telah bergerak dan mengidentifikasi orang-orang yang telah melakukan kontak dengan individu tersebut.
Seorang sumber menyampaikan sistem itu dikembangkan dan dioperasikan oleh lembaga pemerintah. Alipay hanya menyediakan platform dan bantuan teknologi.
Sementara itu, Tencent juga mengembangkan sistem kode QR kesehatan serupa di Wechat. Pertama kali diperkenalkan pada awal Februari di kota Shenzhen selatan, tempat Tencent berada.
Kode kesahatan pada Alipay dikabarkan telah digunakan di lebih dari 200 kota di China sejak pertama kali diluncurkan. Bahkan, e-government di bawah Dewan Negara menginstruksikan Alipay untuk mempercepat pengembangan kode QR kesehatan yang akan diluncurkan secara nasional.
Sistem kode kesehatan Tencent juga telah diperluas ke lebih dari 300 kota pada bulan lalu.
Masalah
Seperti halnya semua produk teknologi, aplikasi kesehatan itu tidak sempurna karena dapat membuat kesalahan dalam menetapkan kode warna pada penggunanya. Sehingga, memaksa orang yang sehat untuk dikarantina.
Di Hangzhou misalnya, beberapa warga mengeluh di media sosial karena diberi kode merah karena alasan yang salah, seperti karena mencentang ‘hidung tersumbat’ atau ‘kelelahan’ pada halaman pendaftaran padahal hanya mengalami gejala flu biasa.
Selain itu, sejumlah daerah tidak dapat mengenali kode warga China dari daerah luar. Hal itu terjadi lantaran basis data tidak dibagi di antara pemerintah daerah. Selain itu, karena setiap daerah mungkin memiliki standar yang berbeda untuk penetapan warna dan beberapa enggan untuk mengenali kode kesehatan dari tempat lain.
Untuk mengatasi masalah itu, pemerintah pusat telah meluncurkan ‘kode pencegahan epidemi’ nasional.
Mao Qunan, seorang pejabat di Komisi Kesehatan Nasional juga mengunggah database nasional dari kasus-kasus Covid-19 yang dikonfirmasi dan dicurigai serta kontak dekat mereka pada platform yang terpusat, dengan harapan bahwa pemerintah daerah dapat saling mengenali kode kesehatan satu sama lain.
(jps/DAL)