Ilustrasi. (AFP PHOTO / MOHAMMED ABED)
LENSAPANDAWA.COM – Pemerintahan rezim Joko Widodo memutuskan menganggarkan dana Rp72 miliar dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2020. Anggaran sebesar ini digunakan untuk mempromosikan wisata Indonesia yang lesu akibat penyebaran virus corona.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Wishnutama Kusubandio mengatakan bahwa dana sebesar itu bukan semata-mata untuk influencer semata. Tapi sebagian besar digunakan untuk biro perjalanan agar bersama-sama mempromosikan wisata. Influencer di era media sosial saat ini memang digunakan sebagai salah satu strategi pemasaran.
Pengamat Ilmu Komunikasi dari Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjajaran (Unpad) Nuryah Asri Sjafirah mengatakan influencer memang menjelma menjadi sebuah kekuatan baru untuk membentuk opini publik di era digital.
Nuryah mengatakan dalam Teori Opini Publik, kekuatan pembentukan opini terletak pada oknum yang bisa menguasai media. Ia mengatakan siapa pun yang menguasai corong atau kekuasaan, dalam hal ini media sosial punya peluang besar untuk mengubah atau memengaruhi opini publik.
Hal senada diungkap Ketua Lembaga Riset Keamanan Siber dan Komunikasi CISSReC Pratama Persadha. Menurutnya, menggaet influencer asing dinilai efektif. Sebab, menurutnya influencer dapat menggaet banyak wisatawan dari kalangan milenial.
“Sangat efektif. Wisatawan milenial berbeda karakternya dengan generasi yang lebih tua. Saat mereka berwisata cenderung sangat aktif untuk melakukan ekspos diri, secara tidak langsung mereka melakukan promosi via media sosialnya,” kata Pratama saat dihubungi CNNIndonesia.com, Kamis (27/2).
Pentingnya opini
Pratama pun mengimbau kepada Kemenparekraf untuk memperhitungkan dengan seksama ‘ceruk’ pasar dan captive market (pasar di mana konsumen potensial menghadapi sejumlah pemasok kompetitif yang sangat terbatas) untuk wisata ke dalam negeri.
“Pastikan, apakah milenial yang mempunyai penghasilan dan tabungan untuk traveling tersebut bisa dijangkau oleh endoser misalnya seperti BTS, boyband asal Korea Selatan,” tuturnya.
“72 miliar bukan angka yang kecil, meski sebenarnya untuk biaya promosi negara sebesar Indonesia masih tergolong kecil,” sambung Pratama.
Pratama mencontohkan promosi wisata alam Indonesia. Influencer perlu menuliskan ulasan mendalam yang dapat memengaruhi keputusan milenial untuk mengunjungi tempat wisata itu.
Hal itu didasari oleh hasil survey Nielsen tahun 2014 yang menyebutkan bahwa seseorang sebelum membeli barang sebanyak 90 persen akan bertanya pada orang yang ia kenal dan 72 persen melihat dari review atau unggahan secara online.
“Jadi, orang saat ditanya temannya mana yang dipilih, dia akan mencari informasi dari online. Karena itu, strategi besarnya membanjiri konten dengan review positif tentang Tanah Air,” pungkas Pratama.
Lebih lanjut, Nuryah mengatakan dengan penggiringan opini bahkan bisa membuat sesuatu yang keliru lantas dipercaya publik sebagai kebenaran.
Syaratnya influencer harus menyampaikan informasi secara terus-terusan sebagai sebuah kebenaran sehingga bisa dipercaya sebagai sebuah kebenaran oleh pengikut. Menurutnya, pembentukan kebenaran akan semakin kuat jika tidak muncul kontra opini.
“Oleh karena itu perlu adanya penyeimbang yaitu pihak yang memberikan kontra opini,” ujar Nuryah.
Memilih yang dianggap penting
Menurutnya kekuatan influencer ini juga bisa ditilik dari bagaimana media dan influencer mengangkat suatu isu yang bakal dianggap penting oleh masyarakat dan perlu mendapat perhatian.
Hal ini sesuai dengan teori Agenda Setting. Dalam teori ini disebutkan media memiliki fungsi kekuatan menyeleksi objek yang disampaikan ke publik.
“Publik atau pengguna akan menganggap isu yang sering dimunculkan di media massa atau media sosial sebagai isu yang perlu mendapat perhatian,” kata Nuryah.
Kekuatan pengaruh influencer juga makin efektif karena mereka bisa menargetkan pasar yang spesifik. Misal, ada influencer khusus travelling, kuliner, hingga gaming. Oleh karena itu, Nuryah menganggap influencer bisa menguasai karakteristik pengikut mereka di media sosial.
“Apalagi influencer tersebut menguasai karakteristik mayoritas pengikutnya. Kekuatannya akan bertambah kuat, apa pun yang disampaikan influencer akan mudah diikuti oleh pengikut,” kata Nuryah kepada CNNIndonesia.com, Jumat (27/2).
[Gambas:Video CNN]
Nilai kekuatan influencer juga terletak pada jumlah follower dan intensitas promosi oleh para influencer di media sosial. Semakin tinggi jumlah pengikut dan intensitas promosi, semakin tinggi pula peluang influencer untuk memengaruhi opini publik.
Namun, jumlah followers tidak selalu jadi patokan. Ia menuturkan influencer-influencer yang punya pengikut sedikit juga bisa memberi pengaruh yang besar. Terutama jika influencer ini dikerahkan dalam jumlah besar, secara bersamaan, untuk menggiring satu isu yang sama. Sehingga, jika ditotal maka jumlah pengguna media sosial yang akan terpengaruh juga akan besar.
Sebelumnya, Presiden Jokowi meminta para menterinya untuk mengeluarkan kebijakan fiskal untuk mengadang dampak negatif dari virus corona terhadap ekonomi domestik. Pasalnya, wabah itu mulai ‘menginfeksi’ perekonomian Indonesia.
Demikian berita ini dikutip dari CNNINDONESIA.COM untuk dapat kami sampaikan kepada pembaca sekalian.