Ilustrasi ojol. (Foto: ANTARA FOTO/M RISYAL HIDAYAT)
LENSAPANDAWA.COM – Asosiasi ojek online (ojol) Gabungan Aksi Roda Dua (Garda) Indonesia merancang protokol kesehatan menyambut new normal atau kehidupan normal baru di tengah pandemi corona (Covid-19) di Indonesia setelah pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di sejumlah wilayah dihentikan.
Dijelaskan Ketua Presidium Garda Indonesia Igun Wicaksono protokol kesehatan salah satunya membawa helm sendiri bagi setiap penumpang setidaknya bisa mencegah penularan virus corona via droplet atau cairan yang keluar dari hidung atau mulut seseorang dan kebetulan menempel pada helm.
Untuk sementara dijelaskan Igun, setiap pengemudi ojol akan menerapkan ‘basic hygiene’ atau menjaga kebersihan badan.
“Basic hygiene yang telah kami terapkan bagi para pengemudi ojol merupakan langkah preventif Garda dalam menyambut new normal. Apabila ojol sudah dibolehkan bawa penumpang, maka diharapkan penumpang mendapatkan layanan ojol yang bersih dan higienis optimal,” kata Igun lewat pesan singkat, Selasa (26/5).
Basic higienis, diyakini Igun tidak memastikan seseorang bebas virus. Namun paling tidak meminimalisir penyebaran virus karena pengemudi disebut selalu menjaga kebersihan.
Ia memberi contoh secara tampilan fisik ojol tidak boleh terlihat kotor. Selain itu kebersihan sepeda motor juga harus dijaga. Kemudian pengemudi juga diharuskan menggunakan atribut lengkap sesuai protokol kesehatan yaitu mengenakan sarung tangan, masker, dan helm.
Kemudian pengemudi wajib membawa hand sanitizer, mandi minimal dua kali sehari, cuci atribut ojol pasca digunakan bila perlu memakai disinfektan.
“Setidaknya ada upaya dan kesadaran bagi driver ojol untuk menjaga kebersihan atribut, walaupun bukan jaminan bebas virus,” ucap Igun.
Igun juga mengatakan bakal menggandeng pihak ketiga yang peduli dengan nasib mitra ojol dalam menyediakan atribut berkendara sesuai protokol kesehatan pencegahan Covid-19.
Dikatakan Igun, protokol kesehatan yang wajib dijalani cukup berat dan butuh kesadaran dari setiap pengemudi ojol.
“Kami yakin dapat diterapkan, namun memang butuh waktu untuk kesadaran penumpang sendiri juga. Jadi perlu beberapa waktu untuk sosialisasi ke penumpang, melalui driver ojolnya maupun melalui notifikasi pada akun penumpang,” tutup Igun. (ryh/mik)